Siapa disini yang melahirkan atau punya anak pas masa pandemi?
Sebagai seorang ibu yang melahirkan anak di masa pandemi, kerasa banget gimana masa pandemi yang menuntut orang-orang untuk stay at home dan mengurangi sosialisasi berpengaruh kepada sosial emosional anak. Anak jadi asing kalau ketemu orang lain, apalagi kalau dibawa ke tempat yang ramai.
Aku melahirkan di tanggal 27 Oktober 2020 ketika pandemi sedang naik-naiknya. Anakku, Dara tumbuh sebagai bayi stay at home alias gak pernah kemana-mana. Keluar paling pas ke dokter aja, udah gitu langsung pulang lagi. Pas masih bayi sih gak masalah, kalau sudah agak besar kan bayi juga perlu bersosialisasi ya.
Aku masih ingat pertama kali membawa Dara keluar rumah. Dia terdiam setiap ada orang baru, dan berujung menangis. Menangisnya juga heboh. Nyatanya, anak-anak usia dini kehilangan tingkat interaksi yang merupakan tonggak penting bagi perkembangan sosial emosionalnya. Selama dirumah, dia hanya bersosialisasi dengan keluarga terdekatnya saja sehingga kebingungan ketika diperkenalkan dengan situasi lain.
Memasuki masa transisi, aku dan ayahnya mulai sering membawa Dara keluar rumah untuk sekedar makan siang diluar atau bertemu teman. Dara mulai punya rutinitas baru dan mulai lebih banyak berinteraksi dengan lingkungan sosial. Kondisi ini menuntut adanya upaya adaptif baik bagi orang tua maupun anak.
Apa itu Perkembangan Sosial Emosional Anak?
Perkembangan sosial emosional merupakan proses belajar anak dalam menyesuaikan diri untuk memahami keadaan sekitarnya dan juga untuk memahami perasaannya ketika berinteraksi dengan orang-orang dilingkungannya yang diperoleh dengan cara mendengar, mengamati dan meniru hal-hal yang dilihatnya.
Perkembangan sosial emosional anak itu penting sekali kan? Seiring berjalannya waktu, anak perlu pandai dalam berinteraksi sosial dan hal tersebut tidak bisa dipelajari dalam waktu singkat. Maka dari itu, perkembangan sosial emosional anak merupakan tahapan yang sangat penting.
Secara umum, perkembangan sosial emosional anak berkaitan dengan kemampuan anak untuk:
- Memahami, mengatur, serta mengekspresikan emosi dan perasaan pribadi
- Memahami perasaan dan kebutuhan orang lain
- Berinteraksi dengan orang lain secara baik dan dengan rasa menghargai
- Membangun hubungan yang positif dan bermanfaat dengan orang lain
Webinar Nutrisi Bangsa tentang Tumbuh Kembang Anak di Masa Transisi
Masih berkaitan dengan perkembangan sosial emosional anak dan masa pandemi, kemarin aku mendengarkan webinar yang diselenggarakan Nutrisi Bangsa dengan judul: "Kiat Keluarga Indonesia Optimalkan Tumbuh Kembang Anak di Masa Transisi". Webinar ini diselenggarakan dalam rangka Hari Anak Nasional. Ini relate banget sama concern aku diawal, dan sampai saat ini meskipun Dara udah mau bersosialisasi tapi aku tetep perlu tahu ilmunya supaya langkah yang aku ambil tepat.
Webinar ini keren banget dan pembicaranya gak main-main, diantaranya:
- dr.Irma Ardiana selaku MAPS Direktur Bina Keluarga Balita dan Anak
- Dr. dr. Bernie Endyarni Medise, Sp.A (K), MPH selaku Dokter Spesialis Tumbuh Kembang Anak
- Cici Desri selaku Ibu Inspiratif Founder Joyful Parenting 101
Di webinar ini dijelaskan bahwa gaya pengasuhan mempengaruhi perkembangan kognitif, emosional, dan sosial anak. Dalam hal ini, pengasuhan kolaboratif sangat diperlukan. Ayah dan ibu harus bisa bekerja sama dalam pengasuhan dengan menawarkan cinta, penerimaan, penghargaan, dorongan dan bimbingan kepada anak.
Peran Orang Tua dalam Perkembangan Sosial Emosional Anak
Dokter Spesialis Tumbuh Kembang Anak Dr. dr. Bernie Endyarni Medise, Sp. A (K), MPH menjelaskan bahwa aspek sosial dan emosional ini sangat penting bagi anak untuk mencapai semua fase kehidupannya. Karena itu, orang tua memiliki peran penting untuk bisa membimbing dan mengarahkan karena bagi anak-anak, kebingungan menghadapi perubahan ruang dan rutinitas dapat meningkatkan masalah sosial-emosional yang berdampak pada masalah kesehatan di masa dewasa.
Agar anak-anak bisa beradaptasi kembali dengan normal di masa transisi ini, maka orang tua perlu memantau perkembangan sosial emosional anak secara berkala serta memberikan stimulasi dan nutrisi yang tepat. Karena faktanya, perkembangan emosi dan sosial berkaitan erat dengan kecerdasan otak dan sistem pencernaan yang sehat.
Berdasarkan pengalaman aku, kita sebagai orang tua memang harus sabar untuk menghadapi masa transisi ini. Anak butuh waktu untuk mengerti dan belajar, dan kita harus memberikan waktu tersebut. Jangan sampai memaksa anak untuk bisa bersosialisasi, tapi ajarkan pelan-pelan.
Semangat yuk para orang tua dan anak untuk kita bisa bersama-sama meningkatkan sosial emosional anak agar kelak anak memiliki bekal yang baik dari segi emosional.
Post a Comment