Memutuskan untuk solo traveling ke Turki memang bisa dibilang nekat, tapi aku yakin ada banyak orang baik di dunia ini yang akan membantu. Tak perlu takut, hanya perlu waspada.
Aku selalu excited dengan setiap perjalanan yang akan aku lakukan. Kira-kira akan seperti apa perjalanan ini? Siapa saja yang akan aku temui disana? Apa tantangannya? Aku bisa gak ya survive disana? Dan berbagai pertanyaan berkecamuk di kepalaku. Bukannya jadi beban, semua pertanyaan itu malah membuatku tidak sabar mendapat jawabannya disana.
Dari semua pertanyaan-pertanyaan yang muncul, jawaban mengenai siapa yang akan aku temui di Turki menjadi yang paling aku tunggu jawabannya. Berbagi cerita dengan orang lain adalah hal yang sangat menyenangkan bukan? Apalagi teman baru yang beda benua, culture, bahasa, dan kebiasaan.
Turki mempertemukanku dengan banyak orang baik. Kami menyapa, bahkan bertukar cerita. Beberapa berjalan-jalan bersama, atau hanya sekedar ngopi dan berbincang singkat. Semua orang yang aku temui sangat berkesan, baik yang sebentar maupun yang bertemu berulang. Dan melalui tulisan ini, aku ingin berbagi cerita mengenai beberapa pribadi yang aku kenal ketika di Turki.
1. Abdul
Kami bertemu pertama kali di Sabang, saat dia berkunjung ke Indonesia dan kembali bertemu di Turki. Dia yang pertama kali menjemputku dari bandara, memberi pinjaman kartu transportasi, dan mengantarku membeli sim card.
Dia sempat kesal kepadaku karena meninggalkannya ketika menuju airport. Bukan meninggalkan, lebih tepatnya dia yang telat. Kami janjian jam 4 pagi di halte bus, karena pesawat ke Cappadocia flight jam 6.30 waktu setempat. Setelah sampai, dia belum juga datang. Aku masuk ke dalam bus dan ketiduran! Bus berangkat, dan dia ketinggalan haha.
Selain itu, dia juga kesal karena aku tidak menjawab pertanyaannya karena mengantuk. Ya kalo ngantuk mau di gimanain ya? Karena malemnya gak tidur takut kesiangan bangun haha.
2. Umut Gunes
Dia hostku saat pertama kali di Turki. Apartemennya di Sisli, Istanbul dan dia tinggal bersama pacarnya.
Saat pertama kali sampai di apartemennya, aku diajak berkeliling rumahnya sekaligus memperkenalkan apa saja yang boleh aku pakai dan tidak di rumahnya. Apartemennya tidak terlalu luas, tapi sangat rapi.
Di malam pertama aku menginap disana, pacarnya memasak makan malam untuk aku. Kami sekaligus berbincang di ruang makan. Setelah aku menjawab semua pertanyaannya mengenai Indonesia, dia bertanya mengenai hijab yang aku pakai. Intinya dia berkata bahwa kenapa di rumah kamu memakai penutup kepala? I am okay with that, kamu bisa buka aja kalau di rumah. Dia bener-bener gak tahu loh kalau emang gak boleh buka kerudung di rumah karena bukan muhrim, dan aku menjelaskannya bahwa itu merupakan aturan agama islam.
Hal konyol lainnya adalah aku lupa check out! Aku pikir masih punya waktu satu hari lagi untuk tinggal disana, ternyata hari itu aku seharusnya sudah check out. Untung tidak ada tamu yang akan memakai kamar itu jadi aku bisa extend satu hari sambil meminta maaf kepada Umut.
3. Pemilik Hostel
Dari apartemen Umut, aku menyewa hostel di daerah Taksim, Istanbul. Pemilik hostelnya baik sekali, tapi aku lupa namanya. Yang satu cewek baik banget, yang satunya lagi cowok gak kalah baik.
Saat aku mau melakukan perjalanan ke Cappadocia dan beberapa daerah lainnya di Turki, aku meminta izin untuk meninggalkan koper di hostel. Dan ternyata, dia mengizinkan. Aku sampai bertanya satu kali lagi, benar boleh? Dan dia bilang boleh!
Senang sekali bisa punya tempat untuk menyimpan koper besar yang akan super merepotkan kalau dibawa kemana-mana sendirian. Pedahal udah muter otak gimana caranya kalo koper ini gak boleh dititipin disana.
4. Alex
Aku ketemu Alex di hostel di Cappadocia. Kebetulan disana aku sewa dormitory room karena mahal banget kalau kamar biasa, dan aku ketemu Alex disana. Karena kami sama-sama solo traveler, akhirnya kita memutuskan buat traveling bareng disana.
Traveling bareng Alex seru banget. Kita kemana-mana jalan kaki. Dia excited banget sama history disana dan seneng banget explore. Saking senengnya explore, dia ngajak jalan kaki buat pulang ke hostel ngelewatin bikit-bukit Red Valley bermodalkan insting dan feeling karena jalannya gak ada di Google Maps. Makin panik karena itu udah sore dan kita harus sampe sebelum gelap. Untungnya kita beneran sampe pas matahari terbenam dan gak kemaleman di hutan.
Dia juga cerita tentang perjalanannya dan ngajarin aku gimana buat 'nebeng' kalau lagi traveling. Pedahal aku mah mana berani kayak gitu haha. Dia juga yang bikin aku akhirnya naik balon udara di Cappadocia.
Sebelum kita pisah, Alex bikinin burung dari kertas, katanya kenang-kenangan buat aku. Pokoknya hidup Alex tuh penuh filosofi deh, seru banget cerita-cerita sama dia. Salah satu omongannya yang aku inget: "I don't have a religion, I'm just trying to be a good person".
5. Muhammed Endurum
Kalau dia, host aku di Antalya. Dia yang ngedirect aku dari terminal bus sampe rumahnya, dan dia jemput di pinggir jalan. Dia tinggal sama pacarnya. Mereka ini mahasiswa/i jurusan tata boga kali ya kalau di Indonesia, makannya dimasakin terus dan masakannya enak.
Selama disana, dia yang minjemin kartu mahasiswanya buat jadi transportation card aku. Bahkan di hari terakhir disana, pacarnya ngajak aku jalan-jalan dan banyak cerita-cerita. Hangat banget pokoknya mereka.
Pas mau ke terminal bus menuju Denizli, aku ketiduran sampai tengah malem dan bus ke terminal udah gak ada. Alhasil aku dianterin sama dia ke terminal. Malu banget ngerepotin, dan mereka super baik.
6. Yucel
Dari Antalya jam 2 malam dan sampai di Denizli jam 4 pagi. Di terminal, aku dijemput Yucel, hostku di Denizli. Dia sebenernya ngantor jam 6 pagi, tapi masih nyempetin ngejemput jam 4 pagi loh padahal gak minta. Baik banget!
Paginya pas dia kerja, aku jalan-jalan ke Pamukkale sampe sore, dan di terminal di jemput dia lagi buat main ke salah satu gunung salju disana bareng temennya. Karena saat itu gak bawa jaket tebel, akhirnya dipinjemin dia. Dia sengaja ngajak temennya buat jalan-jalan bareng, biar seru. Awalnya dia nanya pernah liat salju belum? Aku jawab pernah, kemarin di Istanbul hujan salju sebentar. Terus dia ngajakin ke gunung salju dan naik gondola, biar puas main saljunya.
Yucel ini umurnya udah 40an. Dia seneng traveling juga, dan travelingnya ke tempat-tempat antimainstream gitu. Seru banget dengerin dia cerita.
7. Nilay
Nilay ini hostku di Izmir. Aku dikenalin Alex ke Nilay, karena tau aku bakalan ke Izmir. Nilay ini baik banget, dia dosen di salah satu universitas disana, pedahal masih muda.
Pas weekdays, aku jalan-jalan selagi dia kerja dan pulangnya janjian buat ketemu. Sedangkan di weekend, pacarnya dateng ke rumah jadi kita ngobrol-ngobrol aja di rumah sambil masak-masak. Nah, di hari ketiga disana aku sakit demam, dan Nilay yang ngerawat aku pas sakit disana mulai dari dikasih obat, dibikinin sup, sama disuruh istirahat full.
8. Jamiee
Aku ketemu Jamiee di hostel di Istanbul, dia kebetulan solo traveling juga. Dia kerja di Qatar, tapi dia chinesse. Seperti pas bareng Alex, karena kita sama-sama solo traveler kita akhirnya memutuskan untuk jalan bareng ke Price Island. Bodohnya, karena gak cek cuaca, ternyata kita kesana pas badai dan hampir terjebak di pulau itu karena air laut lagi tinggi. Untung bisa pulang.
9. Mbak Dessy
Ini dia yang bikin happy. Setelah 2 mingguan pegel ngomong bahasa inggris dan pusing sama bahasa Turki, akhirnya aku ketemu orang Indonesia! Mbak Dessy ini lagi liburan sendirian juga, tapi dia kerja di US.
Kita sarapan bareng hari itu, sambil cerita-cerita. Abis sarapan, lanjut ke Galata Tower dan makan baklava di resto dessert di Taksim. Sayangnya, aku ketemu Mbak Dessy cuma bentar, karena dia udah harus flight malem.
10. Cem
Ini dia yang paling banyak ngasih tau tempat-tempat oke di Istanbul. Cem ini jurnalis. Pertama ketemu, aku di traktir kopi dan kita ngobrol banyak. Aku juga punya foto disana gara-gara difotoin dia, gak tau deh kalo gak ada dia.
Dia juga nih yang rajin ngecek perkiraan cuaca supaya aku bisa ngerasain langsung pas Istanbul bersalju. Dan di 3 hari sebelum pulang, jam 10 malem dia ngabarin nyuruh aku keluar buat ngopi. Ternyata, malem itu perkiraan bakalan turun salju dan di jam 11 malem beneran turun salju lumayan lebat. Cantik banget Taksim pas pertama kali bersalju!
Mereka adalah 10 dari puluhan orang baik yang aku temui disana. Ini yang bikin aku seneng solo traveling, karena mau gak mau aku harus keluar dari zona nyaman. Semua keputusan ada di aku, dan aku harus bertanggung jawab atas semua keputusan itu.
Sejujurnya, ketemu banyak orang baik ini bikin aku bersyukur sekaligus terbuka pikirannya. Bikin aku berani ngobrol sama orang baru, pake bahasa yang biasanya gak aku pake. Aku juga belajar banyak dari mereka, terutama how to be a nice person. Dan aku yang biasanya lebih milih menyendiri sambil main handphone, diingetin kalau ngobrol bareng orang lain lebih asik.
Buat mereka mungkin kebaikan-kebaikan itu means nothing, but for me it means everything.
Post a Comment