• by Oktavia Wijaya
Tempat Ngopi di Jakarta: Sunyi House of Coffee and Hope
Jl. RS. Fatmawati Raya No.15, RT.1/RW.3, Cilandak Bar., Kec. Cilandak, Kota Jakarta Selatan, Daerah Khusus Ibukota Jakarta 12430, Indonesia
Apa yang pertama kali kamu pikirkan mengenai penyandang disabilitas? Tidak berdaya? Tidak mampu melakukan apa-apa tanpa bantuan orang lain? Jika kamu masih berpikiran demikian, kamu salah. Penyandang disabilitas adalah orang normal yang memiliki keterbatasan.
Karena memiliki keterbatasan baik secara fisik maupun mental, penyandang disabilitas tidak bisa sepenuhnya beraktivitas seperti orang normal. Penyandang disabilitas sering tidak mendapatkan hak dan kesempatan yang sama seperti warga masyarakat lainnya. Penyandang disabilitas lebih sering dikasihani, disamakan dengan orang sakit dan tidak berdaya, sehingga tidak perlu diberikan kesempatan untuk bekerja.
Saat ini, perhatian terhadap penyandang disabilitas sudah mulai ada. Dari segi infrastruktur terutama di Jakarta, trotoar dan jembatan penyebrangan orang beberapa sudah ramah disabilitas. Transportasi umum, Transjakarta juga memiliki spot khusus penyandang disabilitas. Beberapa fastfood restaurant juga mempekerjakan disabilitas, termasuk salah satu coffee shop di Jakarta ini, Sunyi House of Coffee and Hope.
Seperti namanya, Sunyi House of Coffee and Hope adalah rumah untuk secangkir kopi dan harapan. Kafe ini memang sengaja didedikasikan untuk kesetaraan masyarakat difabel di Indonesia. Sunyi memberikan lapangan pekerjaan, edukasi, serta tempat untuk tampil bagi mereka yang selama ini masih terdiskriminasi.
Sunyi House of Coffee and Hope didirikan lima anak muda yakni Mario Gultom, Almas Nizar, Irfan Alvianto, Fernaldo Garcia dan Yo Renno Widjaja. Konsep yang dipilih adalah social enterpreneur dimana diajarkan mengenai kesuksesan suatu negara dimulai dari kesetaraan.
Barista di Sunyi House of Coffee and Hope ini adalah penyandang tuli dan tuna daksa. Tapi jangan diragukan, makanan dan kopi disini enak banget!
Bangunan ini juga ramah terhadap disabilitas. Suasananya asik, dekorasi tidak berlebihan. Disini tersedia tempat duduk di indoor dan outdoor. Enak juga sih sepertinya buka laptop disini.
Ketika datang ke Sunyi House of Coffee and Hope ini, kamu akan disuguhi pengalaman yang menarik. Karena barista dan kasirnya tuli, kamu harus menunjuk menu yang ingin kamu pesan. Kasir akan memastikan jumlah pesanan, atau memberitahukan jika makanan atau minuman yang kamu pesan kosong.
Dari interaksi singkat itu, kamu akan mendapatkan pengalaman terbaik untuk berkomunikasi dengan penyandang tuli, apalagi jika kamu belum pernah melakukannya sama sekali.
Selain itu, kamu juga bisa belajar bahasa isyarat disini. Ada sebuah informasi mengenai bahasa isyarat yang bisa kamu praktikan langsung disana, atau belajar bahasa isyarat singkat mengenai ucapan terima kasih atau sekedar menyapa halo.
Sunyi House of Coffee and Hope juga ternyata menyediakan pendamping translator bagi tamu yang tidak mengerti bahasa isyarat.
Sunyi House of Coffee and Hope ini berlokasi di Jalan RS Fatmawati No.15, Jakarta Selatan. Lokasinya dekat dengan stasiun MRT Cipete atau stasiun MRT Fatmawati, lalu bisa dilanjut dengan ojek atau taksi online.
Dengan adanya Sunyi House of Coffee and Hope ini menunjukan bahwa penyandang disabilitas pun mampu bekerja dengan baik. Mereka layak diberikan kesempatan untuk bekerja, untuk bertumpu pada kaki sendiri. Ingat, Penyandang disabilitas adalah orang normal yang memiliki keterbatasan.
Karena memiliki keterbatasan baik secara fisik maupun mental, penyandang disabilitas tidak bisa sepenuhnya beraktivitas seperti orang normal. Penyandang disabilitas sering tidak mendapatkan hak dan kesempatan yang sama seperti warga masyarakat lainnya. Penyandang disabilitas lebih sering dikasihani, disamakan dengan orang sakit dan tidak berdaya, sehingga tidak perlu diberikan kesempatan untuk bekerja.
Saat ini, perhatian terhadap penyandang disabilitas sudah mulai ada. Dari segi infrastruktur terutama di Jakarta, trotoar dan jembatan penyebrangan orang beberapa sudah ramah disabilitas. Transportasi umum, Transjakarta juga memiliki spot khusus penyandang disabilitas. Beberapa fastfood restaurant juga mempekerjakan disabilitas, termasuk salah satu coffee shop di Jakarta ini, Sunyi House of Coffee and Hope.
Rumah untuk Secangkir Kopi dan Harapan
Sunyi House of Coffee and Hope didirikan lima anak muda yakni Mario Gultom, Almas Nizar, Irfan Alvianto, Fernaldo Garcia dan Yo Renno Widjaja. Konsep yang dipilih adalah social enterpreneur dimana diajarkan mengenai kesuksesan suatu negara dimulai dari kesetaraan.
Barista di Sunyi House of Coffee and Hope ini adalah penyandang tuli dan tuna daksa. Tapi jangan diragukan, makanan dan kopi disini enak banget!
Bangunan ini juga ramah terhadap disabilitas. Suasananya asik, dekorasi tidak berlebihan. Disini tersedia tempat duduk di indoor dan outdoor. Enak juga sih sepertinya buka laptop disini.
Berinteraksi dengan Penyandang Disabilitas
Dari interaksi singkat itu, kamu akan mendapatkan pengalaman terbaik untuk berkomunikasi dengan penyandang tuli, apalagi jika kamu belum pernah melakukannya sama sekali.
Selain itu, kamu juga bisa belajar bahasa isyarat disini. Ada sebuah informasi mengenai bahasa isyarat yang bisa kamu praktikan langsung disana, atau belajar bahasa isyarat singkat mengenai ucapan terima kasih atau sekedar menyapa halo.
Sunyi House of Coffee and Hope juga ternyata menyediakan pendamping translator bagi tamu yang tidak mengerti bahasa isyarat.
Lokasi
Dengan adanya Sunyi House of Coffee and Hope ini menunjukan bahwa penyandang disabilitas pun mampu bekerja dengan baik. Mereka layak diberikan kesempatan untuk bekerja, untuk bertumpu pada kaki sendiri. Ingat, Penyandang disabilitas adalah orang normal yang memiliki keterbatasan.
• by Oktavia Wijaya
Sejak tinggal di Ibu Kota dan berkembangnya gaya hidup cashless, aku bener-bener jarang punya uang cash. Menurutku lebih simple aja sih cashless, gak perlu ribet nyimpen uang banyak di dompet. Malah kadang dompet sama sekali kosong karena jarang tarik tunai.
Kebiasaan cashless ini tapi pernah bikin malu loh. Begini ceritanya!
Jadi pas lagi traveling ke Turki, aku buka jastip. Sepulangnya dari sana aku dengan semangat packing dan pergi ke JNE terdekat untuk kirim barang. Setelah di total, aku baru sadar kalau gak bawa uang cash. Panik sekaligus malu, akhirnya aku minta izin untuk pulang dulu bawa uang cash. Ada yang pernah ngalamin juga gak sih? Malu banget kan?
Nah, kemarin aku dapet kabar kalau sekarang JNE bisa bayar pake GoPay! Seneng banget loh denger kabar ini, dan kejadian memalukan yang pernah aku alami akan jadi yang terakhir karena gak perlu uang cash lagi buat bayar JNE, tapi bisa bayar pake GoPay.
Sebagai pengguna GoJek, GoPay aku pasti terisi selalu. Secara, kemana-mana pasti naik GoRide atau GoCar, makan kalau di kantor pasti mesen via GoFood, mau kirim barang yang urgent pasti pake GoSend, belum lagi GoMassge dan GoGlam yang selalu aku butuhkan kalau lagi capek. Terjamin deh isi GoPay karena hampir semua kegiatan aku pasti pake produknya GoJek.
Kebiasaan cashless ini tapi pernah bikin malu loh. Begini ceritanya!
Jadi pas lagi traveling ke Turki, aku buka jastip. Sepulangnya dari sana aku dengan semangat packing dan pergi ke JNE terdekat untuk kirim barang. Setelah di total, aku baru sadar kalau gak bawa uang cash. Panik sekaligus malu, akhirnya aku minta izin untuk pulang dulu bawa uang cash. Ada yang pernah ngalamin juga gak sih? Malu banget kan?
Nah, kemarin aku dapet kabar kalau sekarang JNE bisa bayar pake GoPay! Seneng banget loh denger kabar ini, dan kejadian memalukan yang pernah aku alami akan jadi yang terakhir karena gak perlu uang cash lagi buat bayar JNE, tapi bisa bayar pake GoPay.
Sebagai pengguna GoJek, GoPay aku pasti terisi selalu. Secara, kemana-mana pasti naik GoRide atau GoCar, makan kalau di kantor pasti mesen via GoFood, mau kirim barang yang urgent pasti pake GoSend, belum lagi GoMassge dan GoGlam yang selalu aku butuhkan kalau lagi capek. Terjamin deh isi GoPay karena hampir semua kegiatan aku pasti pake produknya GoJek.
Kerjasama GoPay x JNE
Selasa 13 Agustus 2019, aku diundang ke acara press-conference GoPay x JNE. Acaranya seru banget. Disana dijelaskan bahwa GoPay jadi platform uang elektronik pertama yang bisa digunakan sebagai opsi pembayaran di JNE. Gak cuma di Jabodetabek, GoPay bisa digunakan di lebih dari 7000 gerai JNE di seluruh Indonesia.
Hadir VP of Marketing JNE, Eri Palgunadi dan Head of Offline Payments GoPay, Ardelia Apti di acara tersebut, sekaligus menjelaskan awal mula kerjasama ini terbentuk. Pembayaran JNE dengan GoPay ini merupakan salah satu bentuk inovasi JNE dengan menghadirkan opsi pembayaran elektronik atau digital payment. Kenapa yang dipilih GoPay? Karena GoPay adalah salah satu platform keuangan digital yang paling banyak digunakan masyarakat.
Diharapkan, kehadiran GoPay di semua kantor JNE di seluruh Indonesia bisa semakin memudahkan dalam bertransaksi pengiriman barang sehingga pelaku UMKM bisa semakin berkembang juga sekaligus memberikan edukasi untuk menggunakan digital payment.
Selain penjelasan mengenai kerjasama JNE dan GoPay, hadir juga Ria Sarwono, founder COTTONINK yang sharing tentang bisnisnya juga bagaimana JNE dan GoPay memberikan kontribusi positif terhadap bisnisnya.
Gimana Caranya Bayar JNE pake GoPay?
Gampang banget. Caranya:
- Lakukan transaksi di JNE menggunakan GoPay
- Scar QR Code yang berada di Personal Computer/PC JNE
- Klik 'Bayar' pada aplikasi GOJEK
- Masukan kode PIN GoPay
- Transaksi berhasil, kode GoPay akan terpotong otomatis
Gimana, gampang banget kan bayar JNE pake GoPay? Dapet cashback juga tuh! Buat kamu yang pengen tau info lebih lanjut mengenai promo GoPay x JNE ini, kamu bisa cek disini.
Cuss kirim-kirim Gan, cuss kirim-kirim Sist di JNE pake GoPay!
• by Oktavia Wijaya
Akhir-akhir ini kerjaan lagi lumayan banyak. Otomatis waktu banyak dihabiskan di kantor dan rutinitas yang itu-itu aja. Pagi berangkat kantor, pulang malem, kalo sempet ketemu temen dan ngobrol-ngobrol bentar, tapi kalo gak sempet ya langsung pulang.
Aku mulai capek sama rutinitas ini. Yang biasanya minimal sebulan sekali traveling atau liburan singkat ke luar Jakarta, ini bener-bener gak bisa kemana-mana. Traveling buat aku cukup penting sih buat refreshing, apalagi pekerjaan aku membutuhkan kreatifitas dan dengan traveling ngebantu banget buat rileks dan membuka sudut pandang baru.
Gak mau terus-terusan hidup membosankan, aku memutuskan buat jalan-jalan di beberapa tempat di Jakarta aja deh weekend ini, sekaligus mau nyobain kamera OPPO Reno 10x Zoom yang keren banget, apalagi udah jadi 'peralatan penting' buat beberapa fotografer profesional seperti Darwis Triadi, Rio Motret dan Benny Lim. Btw, 'kamera' buat aku sangat penting loh untuk mengabadikan moment, apalagi pas lagi traveling. Makannya, kamera yang kece is a must!
Aku mulai capek sama rutinitas ini. Yang biasanya minimal sebulan sekali traveling atau liburan singkat ke luar Jakarta, ini bener-bener gak bisa kemana-mana. Traveling buat aku cukup penting sih buat refreshing, apalagi pekerjaan aku membutuhkan kreatifitas dan dengan traveling ngebantu banget buat rileks dan membuka sudut pandang baru.
Gak mau terus-terusan hidup membosankan, aku memutuskan buat jalan-jalan di beberapa tempat di Jakarta aja deh weekend ini, sekaligus mau nyobain kamera OPPO Reno 10x Zoom yang keren banget, apalagi udah jadi 'peralatan penting' buat beberapa fotografer profesional seperti Darwis Triadi, Rio Motret dan Benny Lim. Btw, 'kamera' buat aku sangat penting loh untuk mengabadikan moment, apalagi pas lagi traveling. Makannya, kamera yang kece is a must!
Menyusuri Glodok
Hari Sabtu di akhir pekan ini aku memutuskan untuk menyusuri Glodok dengan ketiga temanku. Kenapa Glodok? Karena menyusuri Glodok adalah menyusuri keragaman budaya dan kuliner. Mungkin beberapa orang hanya mengetahui Glodok sebagai kawasan bisnis dan belanja, tapi nyatanya lebih dari itu.
Sejak dulu, Glodok memang penuh dengan hiruk-pikuk aktivitas ekonomi dengan orang-orang Tionghoa yang dicap spesialis dunia perdagangan, bahkan sejak zaman VOC. Meskipun identik sama nama Tionghoa, Glodok sebenarnya bukan nama Tionghoa loh!
Baiklah, aku rasa cukup bahas Glodoknya. Sekarang kita bahas tempat yang aku datangi di Glodok, namanya Klenteng Kim Tek Le.
Klenteng Kim Tek Le
Sebelum nyetrit, kami mengunjungi salah satu klenteng yang ada di Glodok. Klenteng ini dibangun tahun 1650 dan merupakan klenteng tertua yang ada di Jakarta. Menurut sejarah, klenteng ini didirikan seorang Letnan Tionghoa bernama Kwee Hoen dan dinamakan Koan Im Teng. Klenteng ini pernah dirusak dan dibakar pada masa kolonial Belanda, ketika terjadi pembantaian Angke dimana kaum Tionghoa dibunuh secara masal.
Di klenteng ini terdapat artefak peninggalan sejarah yang umurnya sama dengan klenteng ini. Terdapat juga patung Buddha dalam berbagai ukuran dan menjadi warisan peninggalan masyarakat Jakarta yang penuh dengan nilai sejarah.
Ketika aku berkunjung ke sana, klenteng cukup ramai dengan orang yang beribadah. Terlihat beberapa petugas yang berjaga juga sibuk dengan pekerjaannya masing-masing dan beberapa turis yang sedang mengabadikan gambar disana.
Aku juga tak mau diam saja. Aku mengeluarkan OPPO Reno 10x Zoom untuk mengabadikan momen-momen disana, orang-orang yang sedang beribadah, tempat sembahyang, petugas yang sedang bekerja, juga arsitektur dan patung-patung Buddha.
Kamera OPPO Reno 10x Zoom ini bener-bener canggih banget. Dengan kamera utama 48MP, Lensa Telefoto 13MP dan Lensa Wide-angle 8MP bikin gambar yang dihasilkan tajam, warnanya juga real. Tri-Lens Full Focal Length Systemnya beradaptasi sama semua jenis fotografi, jadi bisa pake Wide-angle, Potret juga oke, bisa 10x Hybrid Zoom, juga yang gak kalah keren videonya udah pake resolusi 4K loh!
Karena punya fitur 10x Hybrid Zoom yang keren, aku gak perlu terlalu mendekat kepada objek foto. Aku bisa mengambil foto dari kejauhan, tanpa mengganggu orang-orang yang sedang beribadah dan bekerja disana.
Nyetrit pake kamera OPPO Reno 10x Zoom
Abis dari klenteng, kami lanjut jalan kaki menuju Kota Tua. Sebelumnya, kami makan dulu di salah satu kedai makan di area pasar. Rencananya, abis makan kita mau 'nyetrit'. Btw, udah tau apa itu 'nyetrit'?
Nyetrit adalah sebuah istilah untuk kegiatan hunting foto atau mencari objek foto di jalanan atau istlahnya street photography. Lokasi yang dituju biasanya ruang publik, bisa berupa pasar, trotoar, jalanan atau dimanapun yang memang lingkup dari fotografi jalanan. Objeknya juga beragam, ada yang memotret bangunan, human interest, dan lain sebagainya.
Setelah mengunjungi klenteng, kami melanjutkan nyetrit di perjalanan dari Glodok menuju Kota Tua. Perjalanannya singkat, tapi ada banyak objek foto yang biasa diambil. Berikut hasil nyetrit dengan menggunakan kamera OPPO Reno 10x Zoom.
![]() |
Objek diambil dengan 2x Zoom, 6x Zoom dan 10x Zoom |
Gambar yang dihasilkan OPPO Reno 10x Zoom ini stabil, gak ngeblur, Ternyata, OPPO Reno 10x Zoom ini dilengkapi teknologi ball-bearing dual OIS untuk menstabilisasi guncangan yang diterima kamera. Jadi, aku sebagai penggunanya bisa dapet foto dengan fokus dan tajam.
OPPO Reno 10x Zoom ini bikin aku berdecak kagum berkali-kali . Jadi ngebayangin kalo nanti traveling lagi cukup bawa OPPO Reno 10x Zoom aja kemana-mana. Komunikasi jalan, hunting foto juga oke banget.
Baterainya awet. Seharian aku bawa jalan-jalan dan foto-foto tiada henti, baterainya cuma kepake setengahnya aja. Jarang banget kan smartphone yang dipake non-stop untuk foto baterainya se-awet itu? Makin yakin buat bawa OPPO Reno 10x Zoom buat traveling sih ini!
OPPO Reno 10x Zoom
Layar dari OPPO Reno 10x Zoom ini lapang, lega banget buat dipake main game atau melihat konten. Kamu pasti gak sadar kalau gak ada kamera depan di OPPO Reno 10x Zoom ini karena kameranya akan muncul hanya ketika kamu memilik fitur selfie di kameranya. Desain unik pada mekanisme modul Pivot Rising Camera ini akan otomatis tertutup kembali ketika kamu memilih fitur kamera belakang atau menutup aplikasi kamera. Keren deh!
Layar OPPO Reno 10x Zoom ini luasnya 6,6 inch dan berjenis OLED. Jernih. Bagian belakangnya juga mengesankan bahwa produk ini memang layak menjadi produk premium dengan warna doff dan gradasi yang tidak berlebihan. Ada 2 pilihan warna, yaitu Ocean Green dan Jet Black.
Di bagian belakang, berjajal vertikal tiga kamera dan garis panjang di bawahnya bertuliskan 'designed by OPPO'. Kameranya benar-benar sejajar dengan casing loh, gak ada tonjolan sama sekali. Bener-bener rapi.
![]() |
Desain OPPO Reno 10x Zoom |
Performanya gimana nih? So far, OPPO Reno 10x Zoom ini oke banget. Ternyata, prosesor Snapdragon 855 yang bikin performa OPPO Reno 10x Zoom ini ngegas. Apalagi memori internalnya 256 GB dan RAMnya 8 GB. Baterainya 4.065 mAh, pantesan gak habis-habis meskipun dipakai seharian, ngecasnya juga cepet banget karena dilengkapi fitur VOOC 3.0. Fitur ini bikin ngecas jadi lebih cepat, cuma butuh waktu 80 menit sampe baterai benar-benar penuh 100% dari 0%.
Spesifikasi lengkap mengenai OPPO Reno 10x Zoom bisa kamu cek disini.
So, untuk aku yang hobi foto dan traveling, OPPO Reno 10x Zoom ini akan sangat menunjang hobi aku. Kameranya yang oke sangat membantu aku menghasilkan foto yang ciamik, baterainya yang tahan lama akan sangat membantu aku kalo lagi traveling jauh dan gak ada tempat untuk charger handphone, juga desainnya yang premium akan bikin aku percaya diri untuk membawa OPPO Reno 10x Zoom ini kemanapun dan kapanpun!
Btw, ini hasil dari 2x zoom, 4x zoom, 6x zoom, 8x zoom dan 10x zoomnya OPPO Reno 10x Zoom. Look the details!
Btw, ini hasil dari 2x zoom, 4x zoom, 6x zoom, 8x zoom dan 10x zoomnya OPPO Reno 10x Zoom. Look the details!
Keren banget ya? Sudah enggak bingung, 'kan, mau ganti handphone apa?
Subscribe to:
Posts (Atom)
Social Icons