Malang, salah satu kota di Provinsi Jawa Timur ini memang menjadi pilihan tepat untuk menghabiskan liburan. Selain melihat indahnya sunrise di Gunung Bromo dan menaklukan dinginnya Gunung Semeru, Malang juga menyediakan tempat rekreasi yang sangat beragam. Tepatnya di Kota Wisata Batu, ada berbagai macam pilihan tempat untuk berlibur dari mulai Jatim Park 1 dengan wahana bermainnya, Jatim Park 2 dengan Batu Secret Zoo-nya, Eco Green Park, Museum Tubuh, Museum Angkut, dan yang terbaru adalah Jatim Park 3 dengan konsep seperti Jurrasic Park. Dan selesai bermain-main, pengunjung bisa langsung ke Alun-Alun Kota Batu untuk berburu kuliner disana.
Liburan singkat minggu lalu, aku memutuskan untuk mengunjungi Museum Angkut. Niat awal akan bermain-main di Jatim Park 1, tapi karena datangnya siang dan Jatim Park 1 tutup pukul 16:30 WIB akhirnya aku memilih Museum Angkut yang tutupnya pukul 20:00 WIB. Jarak antar tempat wisata itu berdekatan, jadi tidak perlu waktu lama untuk sampai di Museum Angkut dari Jatim Park 1. Dengan harga tiket Rp.100.000 untuk weekend dan membayar lagi Rp.30.000 bagi yang membawa kamera, pengunjung bisa masuk dan menikmati Museum Angkut sepuasnya.
Buat aku pribadi, aku cukup bosen disana karena mungkin kurang tertarik sama otomotif. Kebanyakan disana juga spot untuk foto-foto sedangkan aku sendiri sedang malas berpose di depan kamera. Museum Angkut terbagi dalam beberapa zona. Saat saya masuk ke Zona Gengster, ternyata disana akan ada pertunjukan yang mulai pukul 17:00 WIB. Akhirnya saya duduk-duduk dulu sambil menunggu pertunjukan dimulai. Pertunjukannya cukup meriah dan diakhiri dengan foto-foto bersama para performance disana. Sebelum pintu keluar, adalah zona pasar apung atau tempat kuliner bagi pengunjung yang merasa lapar atau haus. Dari sana, ada papan penunjuk arah untuk ke Indonesia Heritage Museum. Penasaran, akhirnya aku masuk ke museum itu.
Di awal pameran, kami melihat-lihat pajangan di pintu kaca berupa sepasang patung. Menurut penjelasan dari tourguidenya, patung tersebut digunakan sebagai mahar dari pengantin pria kepada pengantin wanita. Patung tersebut dibuat mirip dengan pengantin yang akan menikah dan ternyata patung itu asli dengan usia lebih dari 200 tahun. Terkejut dengan usianya, aku akhirnya melihat-lihat keterangan barang-barang lain yang memang ternyata berusia ratusan tahun.
Setiap barang-barang disana disimpan di etalase kaca dan disusun sesuai dengan wilayahnya masing-masing. Ternyata, semua itu adalah koleksi pribadi dan dikumpulkan dalam kurun waktu lebih dari 25 tahun. Aku sendiri terkesima oleh barang-barang peninggalan jaman dulu yang selalu punya filosofi kehidupan di dalamnya. Barang-barang tersebut luar biasa karena bisa bertahan selama ratusan tahun dan bahan pembuatannya pun bukan bahan yang biasa. Contohnya, ada mangkok yang dilapisi cairan emas, atau patung kecil yang ditaburi 10 butir berlian yang harganya bisa milyaran rupiah. Selain itu, barang-barangnya diukir dengan benar-benar detail pedahal berukuran kecil.
Salah satu peninggalan yang bikin saya berdecak kagum lagi adalah peninggalan kitab berbahasa arab yang ditulis tangan oleh Sunan Kalijaga. Tulisan tangannya benar-benar rapi seperti hasil print. Ditambah ada gambar-gambar yang diwarnai dengan warna-warna yang dibuat dari alam. Pokoknya, kitab itu seperti cetakan, bukan hasil tulis tangan. Kitab itu menjelaskan mengenai syiar-syiar agama islam oleh Sunan Kalijaga.
Dari sana, aku belajar sejarah dari peninggalan-peninggalan jaman dulu yang berkaitan erat dengan Indonesia. Sejarah Indonesia yang aku pelajari sejak tingkat sekolah dasar, dijelaskan secara rinci disini dengan bukti-bukti sejarahnya. Aku bisa tau perkembangan budaya di Indonesia, budaya nusantara yang kaya dan ciri khas budaya dari tipa-tiap daerah. Aku bisa tau kecerdasan nenek moyang kita dengan inovasi produk yang mereka buat di jamannya. Kesungguhan bisa dilihat dari barang-barang yang selalu dibuat filosofis. Nilai kesetiaan dan kesederhanaan juga ada disana.
Aku belajar, bagaimana manusia harus selaras dengan alam. Manusia sebenarnya tidak perlu khawatir untuk hidup, alam menyediakan segalanya. Tapi semakin berkembangnya jaman, manusia semakin merasa tidak puas. Uang menjadi orientasi hidup manusia sehingga apapun harus berkaitan dengan hal tersebut. Mirisnya, banyak yang dibutakan oleh kertas bernominal tersebut yang menyebabkan manusia kehilangan rasa kemanusiaannya.
Di akhir perjalanan, pengunjung akan disuguhkan pemandangan ratusan topeng yang dipajang di dinding gedung museum. Jadi sebenarnya, museum ini tadinya merupakan museum topeng yang didirikan di Bali pada tahun 2010 dengan nama Museum D'Topeng Kingdom. Pada tahun 2014, museum itu dipindahkan ke Batu dan menjadi bagian integral dengan Museum angkut milik Jatim Park Group. Saat ini museum sedang di renovasi untuk perluasan. Ini bonus foto sama Sun Go Kong and the gang! Haha
x
Post a Comment