Photo Dokumentasi TUAL |
Saat itu aku akan melakukan kegiatan ekspedisi sosial ke Tual, Maluku bulan Juli 2017. Di perjalanan menuju kesana, temanku mencari tahu tentang tempat kami disana dengan menggunakan Google. Kami kaget, karena yang muncul adalah berita kriminal serta berita mengenai preman di Jakarta yang berasal dari sana. Berita yang kami baca tersebut sedikit banyak berpengaruh terhadap kami. Kami jadi khawatir berada disana, pedahal kami belum sampai disana.
Kami sampai di Pelabuhan Tual pukul 2 dini hari. Tiba-tiba beberapa orang datang menghampiri kami. Kaget dooong tiba-tiba disamperin abang-abang. Tapi ternyata, itu warga desa yang menjemput kami DARI DALAM KAPAL! Mereka bilang jangan keluar dulu, mereka memastikan pintu keluar sudah tidak berdesakan dan kemudian membawa barang-barang kami untuk dibawa keluar.
Di pelabuhan, beberapa mobil sudah siap menjemput kami. Perjalanan dari pelabuhan ke desa sekitar setengah jam. Kejutan kebaikan mereka tak hanya sampai disana. Saat memasuki kampung, klakson tiba-tiba dibunyikan ramai-ramai. Kaget lagi dong takut warga kebangun karena berisik. Tenyata kami keliru. Warga desa terutama ibu-ibu sudah berkumpul di rumah Kepala Desa dan menyiapkan cemilan serta teh hangat untuk kami. Nikmat sekali setelah perjalanan panjang yang melelahkan langsung minum teh hangat. Setelah itu kami diantar ke rumah tempat kami menginap.
Selama 9 hari disana, kami diperlakukan dengan sangat baik bahkan cenderung overprotective. Kemana pun harus diantar, makanan dijamin setiap harinya, air bersih dijamin, dan warganya sangat ramah. Kami merasa bersalah sudah berburuk sangka dari awal gara-gara berita-berita negatif tersebut. Sejak saat itu, kami sadar bahwa "Don't judge a book by the cover" itu benar adanya.
Penyambutan di Desa |
Jangan sampai berita kejahatan mengalahkan berita kebaikan di muka bumi ini. Sebenarnya, ada banyak cerita baik yang bisa dibagikan, tapi berita kejahatan memang masih lebih menarik dari pada berita kebaikan. Banyak orang yang tidak berani berpergian sendiri karena takut, banyak orang yang tidak berani bertanya karena takut, banyak orang tidak berani membuka diri karena takut, apa benar orang-orang di bumi semenakutkan itu?
Aku sendiri merasa banyak sekali kebaikan yang aku dapatkan dari orang asing, dari orang yang tidak dikenal atau baru aku kenal. Setiap perjalanan selalu menambah deretan nama manusia yang baik terhadapku, pedahal baru bertemu. Karena penasaran, aku melempar pertanyaan kepada teman-temanku mengenai pengalaman mendapatkan kebaikan dari orang asing.
Pernah ketemu orang yang gak kenal tapi baiknya kebangetan?
Dzikri mengatakan pernah dibayarin makan gara-gara anaknya seumuran dia, sedangkan Utami pernah dibayarin makan gara-gara ketemu di travel dan satu almamater kuliah. Zainal juag cerita kalau dia pernah nganterin penumpang dan pas nyampe rumahnya malah diajak makan siang.
Agustina pernah mau bayar angkot tapi gak ada kembalian dan abangnya bilang gakpapa, gratis.
Reggina baru bertemu di kolam renang, tapi sudah ditawari pekerjaan di PLN.
Nisa pernah kecelakaan motor, lalu dia diantar ke tukang urut sekaligus dibayarin sama orang lain, bukan yang nabrak dia.
Ternyata, orang berbuat baik secara random ya! Tanpa alasan, malah terkadang terlihat spontan. Iya gak sih?
Cerita Mbak Yus lain lagi. Dia pernah solo traveling ke Malaysia via Singapura menggunakan bus. Pas naik bus, ternyata harganya hanya 2 ringgit dan harus membayar dengan uang pas, sedangkan uang dia 50 ringgit. Pas mau turun, seorang ibu memanggil dan dia membayar ongkos Mbak Yus.
Selain membayar ongkos Mbak Yus, dia meminta Mbak Yus untuk tidak jauh-jauh dengan dia. Di imigrasi dia menunggu Mbak Yus dan pas sudah sampai di Johor Ibu tersebut mengantar Mbak Yus sampai dapat bus ke Melaka.
Gak sampai disitu. Di suatu toko, Mbak Yus mampir buat beli roti sama susu. Masih dengan uang 50 ringgit tadi, pedagangnya bilang gak ada kembalian dan Mbak Yus pun bilang gak ada uang kecil. Sambil tersenyum, pedagang itu menukar 50 ringgit Mbak Yus dengan uang pecahan sebanyak 50 ringgit juga. Mbak Yus heran karena harusnya dia membayar 10 ringgit untuk roti dan susu yang dia beli, tapi pedagangnya bilang kalau roti dan susu itu untuk Mbak Yus. Dan dia juga mengucapkan hati-hati di jalan.
Terharu banget itu, Ta. Di negeri orang, sendirian, tapi banyak ketemu orang baik.
Masih tentang kebaikan orang asing yang dikenal saat solo traveling. Jeje bercerita tentang pengalamannya traveling ke Sulawesi Selatan dan kenal orang tersebut dari Facebook kemudian bertemu. Teman barunya itu mengantarnya berjalan-jalan di Toraja pakai motor, terus dikasih tempat tinggal dan di traktir makan selama disana.
Dia gak minta bayaran atau apapun sama sekali. Baiknya gak ketulungan.
Di Bumi banyak orang baik, tapi kita perlu lebih banyak lagi...
Menurutku, ungkapan di akun instagram NKCTHI ini benar adanya. Ada banyak sekali orang baik di bumi ini, dan harus diperbanyak lagi. Tapi aku percaya bahwa kebaikan itu menular, setuju?
Orang yang pernah mendapatkan kebaikan dari orang lain, cenderung akan berbuat sama kepada orang lain. Jika semua orang saling menularkan kebaikan, pasti kebaikan itu akan semakin tersebar luas. Percayalah, semua hal yang kita lakukan akan berbalik kepada diri kita sendiri. Semua kebaikan akan berbalik menjadi kebaikan, pun dengan kejahatan.
Aku pernah mendengarkan teori seorang Ibu tentang kebaikan. "Bu, kenapa orang desa disini pada baik banget?", tanyaku. Ibu itu menjawab dengan senyum. "Anak-anak kami pun merantau, ada yang sekolah ada yang bekerja. Kami sebenarnya hanya berbuat apa yang seharusnya kami lakukan. Sudah seharusnya kami menjamu tamu seperti ini toh? Membuat mereka nyaman dan aman. Semoga, anak-anak kami pun disana dikelilingi oleh orang-orang baik dan dijauhkan dari orang-orang jahat."
Disana saya merasa tertampar. Kebaikan itu adalah benih yang suatu saat akan kita petik. Entah kapan, dan entah akan berbalik kepada siapa. Wallohualam. Yang pasti, berbuat kebaikan adalah sesuatu yang menyenangkan. Setuju?
Post a Comment