Berita duka itu membuatku takjub. Bagaimana ratusan orang di Pesawat Batik Air bisa lolos dari maut karena adanya satu orang yang menuntaskan tanggung jawabnya dengan sepenuh hati. Anthonius bisa saja pergi saat gempa terjadi, tapi dia memilih tenang dan tetap duduk di kursinya memandu pilot hingga akhirnya pesawat terbang lepas landas. Setelah kewajibannya tuntas, dia baru beranjak dari kursinya dan berusaha menyelamatkan diri. Sayangnya menara ACT roboh dan dia melompat hingga mengalami patah tulang di beberapa bagian tubuhnya.
Dia belum meninggal saat itu, dan dibawa kerumah sakit. Rumah sakit Palu tidak memungkinkan dan harus dibawa ke Kalimantan dengan helikopter. Anthonius tak bisa bertahan lagi karena luka yang cukup parah dan beberapa bagian tubuhnya patah, dia menghembuskan nafas terakhirnya.
Dia adalah pahlawan.
Dedikasinya bukan hanya omongan belaka yang dia ucapkan saat interview kerja, tapi dibuktikan dengan bertaruh nyawa.
Tanggung jawab dia menjadi renungan untukku. Disaat maraknya peminat untuk menjadi Pegawai Negeri, berapa banyak yang berniat tulus untuk mengabdikan diri? Bukan hanya perihal status sosial yang meningkat dan tunjangan yang di jamin. Apakah yang terpilih akan bisa menjalankan tanggung jawabnya sebagai pelayan masyarakat? Apakah yang mendaftar paham apa yang sedang mereka inginkan? Atau hanya ikut-ikutan?
Anthonius Gunawan Agung yang menyadarkanku mengenai hal itu. Bahwa poin penting dari sebuah pekerjaan adalah bukan hanya soal duniawi, tapi tanggung jawab yang akan kita pertanggung jawabkan pula kelak kepada Tuhan.
Post a Comment