• by Oktavia Wijaya
Masih jelas diingatan berita mengenai gizi buruk di Asmat, Papua yang ditetapkan sebagai kejadian luar biasa (KLB) oleh Kementerian Kesehatan pada 9 Januari 2018. Sebanyak 72 orang meninggal dunia karena campak dan gizi buruk, 651 orang pengidap campak dan 223 orang menderita gizi buruk. Dunia maya ramai dengan topic hangat ini dan berbondong-bondong menyalahkan pemerintah. Sebenarnya, ini salah siapa?
Memang benar, setiap tahunnya ratusan miliar rupiah mengalir ke Papua sebagai dana otonomi khusus dan dana alokasi khusus. DI tahun 2017, Kabupaten Asmat menganggarkan Rp173 miliar untuk dana kesahatan yang diantaranya digunakan pemberian makanan tambahan untuk anak-anak dan ibu hamil yang disebarkan ke 13 puskesmas di 23 distrik di Kabupaten Asmat. Tapi nyatanya, masyarakat masih jauh dari kata sehat.
Keadaan masyarakat di Kampung As dan Atat, 2 kampung di Kabupaten Asmat cukup mengkhawatirkan. Anak-anak kecil disana terlihat sangat kurus dan buncit. Tubuh mereka mengeluarkan bau apak, bahkan banyak diantaranya yang kulitnya berjamur. Mereka biasa mandi di sungai yang kotor, tanpa sabun. Makanan yang mereka makan pun seadanya. Lingkungan yang kotor, edukasi yang kurang dan keterbatasan sarana dan pra-sarana disana yang menjadikan mereka seperti itu.
Kejadian ini sedikit mengingatkanku kepada pengalaman melakukan ekspedisi sosial di salah satu desa di Kota Tual, Maluku. Ketika ada program pemeriksaan kesehatan gratis, tak banyak warga yang datang untuk memeriksakan kesehatannya. Bahkan beberapa dari kami harus mengajak warga berulang-ulang untuk datang ke puskesmas. Ini merupakan bukti nyata bahwa kesadaran kesehatan mereka masih kurang, dan kesehatan bukan merupakan sesuatu yang penting bagi mereka. Kesadaran masyarakat dalam kebersihan juga kurang, mereka masih membuang sampah ke laut dan disana pula anak-anak berenang. Tidak sehat bukan?
Sebenarnya, keadaan ini bukan hanya terjadi pada masyarakat yang berada di pedalaman dan jauh dari kata terdidik. Di kota metropolitan Jakarta pun kasus gizi buruk masih ada. Ini menandakan bahwa akar permasalahan ini adalah dari mindset individu dan bagaimana pengetahuan masyarakat mengenai hidup sehat dan nutrisi yang diperlukan tubuh. Pertanyaan sederhana, apakah masyarakat sadar bahwa makan bukan sekadar untuk menjadi kenyang?
Sering sekali mendengar percakapan orang yang menolak makan karena dia merasa masih belum lapar, atau orang yang terus saja makan karena dia masih merasa belum kenyang. Yang dibutuhkan oleh tubuh bukan rasa kenyang, tapi nutrisi yang ada pada makanan. Nutrisi sederhananya adalah sesuatu yang dibutuhkan organisme untuk fungsi normal dari sistem tubuh, pertumbuhan dan pemeliharaan kesehatan. Makanan dan minuman yang dikonsumsi merupakan sumber energi manusia dan berpengaruh langsung terhadap kesehatan. Selain makanan, pola makan juga harus diperhatikan karena ada banyak penyakit yang berawal dari keslaahan pola makan. Inilah yang membuktikan bahwa "kenyang" bukanlah patokan bahwa kamu sudah memberikan nutrisi yang baik pada tubuh.
Budaya mengkonsumsi makanan tanpa memikirkan nutrisi yang dibutuhkan tubuh ini untuk jangka panjang bisa mengakibatkan penyakit degeneratif. Penyakit ini dipicu oleh kebiasaan buruk manusia sehari-hari yang kemudian menyebabkan gangguan pada organ tertentu seperti kanker, diabetes, kardiovaskular dan osteoporosis. Konsumsi masyarakat terhadap makanan cepat saji juga bisa memicu penyakit ini loh.
Modernisasi memang memiliki dampak positif dan negatif secara bersamaan. Konsumsi makanan cepat saji yang mengenyangkan tapi tidak menyehatkan mungkin adalah efek negatifnya, tapi efek positifnya di zaman modern ini penyebaran informasi juga semakin cepat. Pola hidup sehat dan diet yang terus digaungkan sudah mulai berpengaruh kepada sebagian kaum millenials. Semua orang bisa dengan mudah meniru gaya hidup sehat yang dibagikan melalui internet, bisa membuat menu diet sehat dari menu yang dibagikan dari internet, dan memakai aplikasi workout yang bisa di download dari internet. Semua jalan menuju sehat itu disediakan di internet.
Mulai dari sekarang, mari kita belajar untuk menyelesaikan permasalahan dari akarnya. Tubuh adalah tanggung jawab individu, bukan orang lain. Apapun yang terjadi kepada tubuh kita adalah apa yang sudah kita perbuat sebelumnya. Apabila masyarakat Indonesia sudah memiliki pengetahuan yang baik mengenai kesehatan dan nutrisi, apakah gizi buruk akan terus menghantui sampai menjadi sebuah kejadian luar biasa? Ini bukan hanya permasalahan bagi pemerintah, tapi kita juga sebagai rakyatnya. Jika kita saling membantu, saling berbagi informasi, saling peduli, mungkin kita bisa sedikit membantu pemerintah untuk memerangi gizi buruk ini. Mari kita berkontribusi nyata pada negeri ini di bidang kita masing-masing, bukan diam dan berujung saling menyalahkan. Samakan prinsip sederhana ini terlebih dahulu, bahwa makan bukan sekadar untuk menjadi kenyang.
![]() |
Sumber: pepnews.com |
Memang benar, setiap tahunnya ratusan miliar rupiah mengalir ke Papua sebagai dana otonomi khusus dan dana alokasi khusus. DI tahun 2017, Kabupaten Asmat menganggarkan Rp173 miliar untuk dana kesahatan yang diantaranya digunakan pemberian makanan tambahan untuk anak-anak dan ibu hamil yang disebarkan ke 13 puskesmas di 23 distrik di Kabupaten Asmat. Tapi nyatanya, masyarakat masih jauh dari kata sehat.
Keadaan masyarakat di Kampung As dan Atat, 2 kampung di Kabupaten Asmat cukup mengkhawatirkan. Anak-anak kecil disana terlihat sangat kurus dan buncit. Tubuh mereka mengeluarkan bau apak, bahkan banyak diantaranya yang kulitnya berjamur. Mereka biasa mandi di sungai yang kotor, tanpa sabun. Makanan yang mereka makan pun seadanya. Lingkungan yang kotor, edukasi yang kurang dan keterbatasan sarana dan pra-sarana disana yang menjadikan mereka seperti itu.
Kejadian ini sedikit mengingatkanku kepada pengalaman melakukan ekspedisi sosial di salah satu desa di Kota Tual, Maluku. Ketika ada program pemeriksaan kesehatan gratis, tak banyak warga yang datang untuk memeriksakan kesehatannya. Bahkan beberapa dari kami harus mengajak warga berulang-ulang untuk datang ke puskesmas. Ini merupakan bukti nyata bahwa kesadaran kesehatan mereka masih kurang, dan kesehatan bukan merupakan sesuatu yang penting bagi mereka. Kesadaran masyarakat dalam kebersihan juga kurang, mereka masih membuang sampah ke laut dan disana pula anak-anak berenang. Tidak sehat bukan?
Pemeriksaan kesehatan di Tual (Dok Pribadi) |
Sering sekali mendengar percakapan orang yang menolak makan karena dia merasa masih belum lapar, atau orang yang terus saja makan karena dia masih merasa belum kenyang. Yang dibutuhkan oleh tubuh bukan rasa kenyang, tapi nutrisi yang ada pada makanan. Nutrisi sederhananya adalah sesuatu yang dibutuhkan organisme untuk fungsi normal dari sistem tubuh, pertumbuhan dan pemeliharaan kesehatan. Makanan dan minuman yang dikonsumsi merupakan sumber energi manusia dan berpengaruh langsung terhadap kesehatan. Selain makanan, pola makan juga harus diperhatikan karena ada banyak penyakit yang berawal dari keslaahan pola makan. Inilah yang membuktikan bahwa "kenyang" bukanlah patokan bahwa kamu sudah memberikan nutrisi yang baik pada tubuh.
Budaya mengkonsumsi makanan tanpa memikirkan nutrisi yang dibutuhkan tubuh ini untuk jangka panjang bisa mengakibatkan penyakit degeneratif. Penyakit ini dipicu oleh kebiasaan buruk manusia sehari-hari yang kemudian menyebabkan gangguan pada organ tertentu seperti kanker, diabetes, kardiovaskular dan osteoporosis. Konsumsi masyarakat terhadap makanan cepat saji juga bisa memicu penyakit ini loh.
Modernisasi memang memiliki dampak positif dan negatif secara bersamaan. Konsumsi makanan cepat saji yang mengenyangkan tapi tidak menyehatkan mungkin adalah efek negatifnya, tapi efek positifnya di zaman modern ini penyebaran informasi juga semakin cepat. Pola hidup sehat dan diet yang terus digaungkan sudah mulai berpengaruh kepada sebagian kaum millenials. Semua orang bisa dengan mudah meniru gaya hidup sehat yang dibagikan melalui internet, bisa membuat menu diet sehat dari menu yang dibagikan dari internet, dan memakai aplikasi workout yang bisa di download dari internet. Semua jalan menuju sehat itu disediakan di internet.
![]() |
Menu Diet Catering (Foto: Google) |
• by Oktavia Wijaya
Setelah hari pertama main-main di laut, hari kedua ini aku main-main di pantai gak pake nyebur. Sebenernya masih pengen main air, cuma harus pulang lagi ke Sabang hari itu juga siang dan gak akan sempet kalo main air. Jadi hari kedua kemana aja?
Goa Sarang ini adalah goa alami dibalik Gunung Sabang yang dihuni burung walet. Tapi sayangnya gak bisa masuk ke dalam goa nih karena akses masuknya ditutup oleh batu karang. Kalau mau masuk harus berenang atau pake perahu. Tapi liat pemandangannya juga udah cukup ko, indah!
Goa Sarang
Besok paginya, sebelum menuju ke Sabang dari Iboih aku mampir dulu ke Goa Sarang. Kawasan wisata ini milik pribadi loh tapi dibuka untuk umum dengan tarif masuk cuma Rp5.000. Sebelum menuju goa, ada pemandangan indah disana yang sayang untuk dilewatkan. Ada ayunan juga yang cukup bikin deg-degan maininnya karena pas ngayun langsung ke jurang viewnya. Lumayan kan bikin sport jantung. Hmm.
Baca juga: Sabang Day 1
Baca juga: Sabang Day 1
Goa Sarang ini adalah goa alami dibalik Gunung Sabang yang dihuni burung walet. Tapi sayangnya gak bisa masuk ke dalam goa nih karena akses masuknya ditutup oleh batu karang. Kalau mau masuk harus berenang atau pake perahu. Tapi liat pemandangannya juga udah cukup ko, indah!
Kota Sabang
Setelah puas menikmati pemandangan Goa Sarang, aku langsung ke Sabang buat cari sarapan sekaligus eksplor pantai disana. Barang-barang udah dikemas karena rencananya langsung pulang siang ini ke Banda Aceh. Aku sarapan di salah satu warung di pinggir pantai. Dengan harga Rp30.000 kamu udah bisa sarapan nasi kuning enak plus ngopi Solong disana. Tempatnya meskipun warung tapi enak, bersih.
Pantai Sumur Tiga
Beres sarapan, langsung deh meluncur ke Pantai Sumur Tiga. Pas parkir motor udah langsung disuguhin pemandangan yang kece dari ketinggian. Jadi untuk ke pantai Sumur Tiga ini kamu harus turun bukit dulu dikit lewat tangga. Pantainya bening banget, bersih, dan ombaknya pun gak terlalu besar.
Disini pun sepi, enak banget buat yang cari ketenangan. Saking bagusnya, pantai ini dijuluki Hawaii-nya Sabang! Coba deh foto pemandangan disana, gak perlu di edit pun udah kayak foto hasil profesional saking bagusnya itu pemandangan. Butuh waktu 15 menit dari Kota Sabang kesini.
Pantai Ujung Kareung
Puas liat pemandangan di Pantai Sumur Tiga, perjalanan di lanjut ke Pantai Ujung Kareung. Pantai ini jaraknya 7 km dari pusat Kota Sabang tepatnya di Desa Ujung Kareung. Yang beda dari pantai sebelumnya, pantai ini menyuguhkan pemandangan laut dengan susunan batu karang. Bahkan, karena airnya yang bening kamu juga bisa liat ikan yang berenang di sekitaran karang.
Buat kamu pecinta adrenalin, tempat ini cocok banget karena disini kamu juga bisa nyobain lompat dari atas karang ke laut. Byuuuur!
Benteng Jepang
Ini dia destinasi terakhir yang aku kunjungi di Sabang. Sebuah Benteng Jepang dengan pemandangan keren. Benteng ini saksi bisu penjajahan Jepang di Indonesia karena sejak 14 Juli 1942 Sabang menjadi markas Angkatan ke 9 Armada Expeditionary 1 AL Jepang.
Ada 3 spot disini yaitu dari atas benteng, di dalam benteng, dan di halaman benteng yang luas. Disini kamu bisa dengerin deburan ombak yang menghantap batu karang, semilir angin yang bikin ngantuk dan udara yang sejuk karena banyak pohon disana.
![]() |
Pemandangan dari Benteng Jepang |
Solo traveling ke Sabang berakhir di Pelabuhan Balohan Sabang lagi. Sebenernya explore Sabang 2 hari 1 malam itu kurang, beneran deh. Jadi mendingan kalau kamu kesana, minimal 3 hari 2 malem deh. Kamu juga gak usah takut kalau solo traveling kesana karena orangnya pada baik ko! Tapi tetep harus prepare dengan baik ya kalo mau solo traveling.
Menurutku, solo traveling bikin aku jadi lebih mandiri, lebih open minded karena bakal ketemu sama orang baru, lebih berhati-hati, jadi aware sama sekitar dan yang sebenernya kamu juga gak sendirian loh kalo solo traveling. Bisa dapet temen baru banyak banget, beneran!
BIAYA SOLO TRAVELING KE SABANG
Kapal cepat ke Sabang (VIP) : Rp100.000
Sewa Motor : Rp100.000/hari
Penginapan : Rp350.000
Diving (include kapal, instruktur dan dokumentasi) : Rp750.000
Makan: +-Rp35.000/makan
Masuk Tempat Wisata: Rp5.000 (Goa Sarang)
• by Oktavia Wijaya
Solo Traveling ke Sabang! (Day 1)
Sabang, Sabang City, Aceh, Indonesia
Sabang ini udah jadi wishlist aku sejak lama, katanya sih pantainya bagus. Selain itu, aku emang pengen banget bisa menginjakan kaki di tempat-tempat yang gak cuma bagus tapi harus ada sesuatu disana entah itu budaya, cerita khas, perbatasan negeri dll. Nah, Sabang sebagai pulau paling barat Indonesia adalah salah satunya.
Tapi sehari sebelum berangkat, cuaca tiba-tiba cerah seharian, malahan panas. Sore itu juga aku berburu sunset ke sekitar pelabuhan dan ternyata kapal-kapal udah bisa nyebrang. Akhirnya tanpa pikir panjang, aku memutuskan untuk solo traveling ke Sabang karena emang penasaran banget buat kesana. Malam itu, aku menghubungi salah satu tour guide lokal disana dan mengatur jadwal untuk diving sekaligus browsing tentang jadwal kapal, penginapan dan segala macamnya disana.
Rencana solo traveling ke Sabang ini bisa dibilang mendadak. Pas dateng ke Aceh, cuaca lagi kurang bagus. Seharian mendung dan sempet hujan. Beberapa kali nanya ke warga sekitar juga cuacanya emang lagi gak bagus akhir-akhir ini dan sekitar 5 hari yang lalu kapal penyebrangan Aceh-Sabang juga gak boleh beroperasi karena ombaknya lagi tinggi. Rencana awal, dari Aceh aku langsung ke Medan, gak ke Sabang dulu.
Tapi sehari sebelum berangkat, cuaca tiba-tiba cerah seharian, malahan panas. Sore itu juga aku berburu sunset ke sekitar pelabuhan dan ternyata kapal-kapal udah bisa nyebrang. Akhirnya tanpa pikir panjang, aku memutuskan untuk solo traveling ke Sabang karena emang penasaran banget buat kesana. Malam itu, aku menghubungi salah satu tour guide lokal disana dan mengatur jadwal untuk diving sekaligus browsing tentang jadwal kapal, penginapan dan segala macamnya disana.
Pelabuhan Banda Aceh
Paginya, aku bangun dan langsung packing. Liat di google maps sih jarak dari Arabia Hotel ke pelabuhan gak terlalu jauh. Jadi, jam 08.30 WIB aku berangkat ke pelabuhan pake ojek online dan cuma sekitar 15 menit aku udah sampe di pelabuhan. Selain naik ojek online, kamu bisa juga menggunakan transportasi becak motor atau Damri yang langsung menuju Pelabuhan Ulee Iheue di Aceh.
Sampai di pelabuhan aku langsung menuju ke loket yang menjual tiket kapal cepat ke Sabang. Harga tiketnya Rp80.000 untuk ekonomi dan Rp100.000 untuk VIP. Perjalanan dengan menggunakan Express Bahari ini memakan waktu cuma 45 menit, sedangkan kapal biasa membutuhkan waktu 2 jam dengan harga tiket Rp30.000 untuk kelas ekonomi. Sambil nunggu jadwal keberangkatan jam 10.00 WIB, aku makan dulu di salah satu tempat makan di pelabuhan.
Setengah jam sebelum keberangkatan, penumpang dipersilahkan masuk di ruang tunggu. Ruang tunggunya bagus dan adem. Setelah dipanggil, semua penumpang menuju ke kapal dan dilakukan 2 kali pemeriksaan tiket sebelum naik ke kapal. Aku berangkat dengan kelas VIP, sedangkan untuk pulang aku coba kelas ekonomi. menurutku sih gak beda jauh yang ekonomi juga udah enak ko!
![]() |
Penampakan Tiket |
![]() |
Pelabuhan Ulee Iheue |
Pelabuhan Balohan, Sabang
Setibanya di Sabang, aku langsung masuk ke ruang tunggu. Disana, ada banyak sekali yang menawarkan jasa tour atau sekedar mengantar ke tempat yang dituju. Untuk mobil, rata-rata menawarkan Rp600.000/hari sudah termasuk supir dan bensin. Murah sih buat yang datengnya bareng-bareng. Nah untuk sewa motor juga ada, harganya Rp100.000/hari.
Penginapan di Sabang
Kalau kesana, kamu punya 2 opsi menginap yaitu di Sabang atau di sekitar Iboih. Bedanya, Sabang masih menyuguhkan suasana kota sedangkan daerah Iboih itu kebanyakan penginapannya di sekitar hutan atau pantai. Jarak dari Sabang ke Iboih itu cukup jauh dan memakan waktu paling cepat 45 menit dengan jalanan sekitar hutan dan medan yang naik turun. Aku memilih penginapan di Iboih karena cari tempat yang sepi.
Di Iboih aku nginep di Siti Rubiah Bungalow yang viewnya langsung ke laut yang biru nan bening. Aku milih lantai 2 karna lebih bagus viewnya. Di dalemnya bersih dan nyaman, ada kasur, dispenser, TV, AC, gantungan baju, jemuran anduk dan kamar mandi. Pokoknya PW banget tempatnya!
![]() |
Siti Rubiah Bungalow |
![]() |
View dari Bungalow |
Diving di Sabang
Pas nyampe tanpa istirahat dulu langsung ganti baju karena mau langsung diving. Itu kira-kira jam 1 siang. Setelah ganti baju, aku dapet briefing dulu dari instruktur divingnya. Btw, ini diving kedua aku setelah tahun 2014 di Pulau Sepa. Setelah pengenalan alat dan briefing, aku langsung menyebrang ke Pulau Rubiah menggunakan perahu kayu. Jaraknya gak terlalu jauh, paling juga cuma 10 menitan. Nyampe Rubiah, langsung nyebur ke laut dan pakai alat diving lengkap.
Setelah tadi briefing, sampe laut gak langsung nyebur gitu aja tapi latihan lagi apa yang tadi ada di briefing. Terutama untuk mengatasi air yang masuk ke masker, telinga yang sakit karena tekanan udara, sampai cara untuk mengatasi kalau regulator oksigen copot. Pokoknya sebelum lulus, itu, kamu gak boleh nyelem dulu. Untungnya, sekali latihan aku langsung bisa mungkin karena dulu pernah ya.
![]() |
Rubiah Island |
Diving dimulai!
Pemandangan pertama di bawah laut Rubiah adalah ikan yang banyak banget. Semakin jauh, aku juga liat bangkai motor, mobil, besi dan barang-barang lainnya yang karam dan sekarang udah jadi tempat tinggal ikan. Seru banget diving disana dan ketemu nemo juga. Setelah puas main-main di bawah laut, pelan-pelan naik lagi deh ke permukaan dan langsung makan mie rebus!
Titik 0 KM Indonesia
Nah ini dia salah satu icon Sabang, titik 0 KM Indonesia. Selain ada tugu 0 KM, disini juga ada semacam bangunan menara. Kalo pengen liat ujung Sabang dari ketinggian, kamu bisa naik kesana. Enaknya sih sore-sore dan pas sunses. Juara!
Hari pertama di Sabang ini seharian panas-panasan gak pake ampun. Untung aku pake Sunblock Aishaderm yang bisa melindungi kulit aku dari jahatnya sinar matahari. Hari itu ditutup dengan makan Sate Gurita di pinggir pantai di Sabang. Karna aku nginep di Iboih, buat makan malem aja aku harus melewati hutan dan menempuh kira-kira 45 menit perjalanan. Luar biasaaaaaa!!!!!! Masih ada cerita di hari kedua, so stay tune!
Lanjutan: SABANG DAY 2
![]() |
Pemandangan dari atas |
Hari pertama di Sabang ini seharian panas-panasan gak pake ampun. Untung aku pake Sunblock Aishaderm yang bisa melindungi kulit aku dari jahatnya sinar matahari. Hari itu ditutup dengan makan Sate Gurita di pinggir pantai di Sabang. Karna aku nginep di Iboih, buat makan malem aja aku harus melewati hutan dan menempuh kira-kira 45 menit perjalanan. Luar biasaaaaaa!!!!!! Masih ada cerita di hari kedua, so stay tune!
Lanjutan: SABANG DAY 2
• by Oktavia Wijaya
Aku menjadi satu dari jutaan orang yang haru dan bangga melihat Opening Ceremony Asian Games 2018 di Stadion Utama Gelora Bung Karno Jakarta kemarin malam. Acara semalam bukan hanya euforia pembukaan Asian Games saja, tapi juga menjadi hasil dari usaha kami, team Ceremony Departement dan semua talent yang terlibat. Hasil kerja keras kami selama berbulan-bulan itulah yang semalam disuguhkan kepada seluruh masyarakat di dunia.
Banyak sekali apresiasi yang muncul mengenai Opening Ceremony Asian Games semalam, tetapi tak jarang juga yang berkomentar negatif mengenai itu.
Komentar-komentar itulah yang membuatku ingin menuliskan sebuah cerita dari balik panggung Opening Ceremony Asian Games 2018. Ini adalah cerita dari seseorang yang hanya volunteer, hanya orang biasa yang ingin berkontribusi nyata pada bangsa, dari ribuan orang hebat yang ada disini.
Tergabung di Ceremony Departement Asian Games 2018, aku menjadi volunteer di Costume/Wardrobe bagi para dancer yang berlaga malam kemarin. Ribuan dancer itu terbagi ke dalam beberapa kelompok yaitu "Earth" yang memakai baju adat tradisional dari berbagai daerah di Indonesia, "Energy" yang terdiri dari fire dancer dan kostum putih saat closing, juga kurang lebih 1500 penari Ratoeh Jaroe. Kerjaannya di bagian ini apa ya? Fitting doang?
Semua kostum penari ini, dibuat dari nol. Dari semua berbentuk kain, sampai menjadi baju yang kita semua saksikan semalam. Sejak kurang lebih 3-4 bulan yang lalu, beberapa penjahit bekerja keras seharian membuat ribuan kostum ini. Kami para volunteer juga ikut membuat kostum-kostum tersebut. Kostum dan head piece, semuanya dibuat hand made. Salah satunya topi yang terlihat seperti api yang berkobar itu, dibuat dari mulai memotong-motong kain meteran, kemudian dipotong lebih kecil lagi menjadi kotak, dibentuk seperti bunga, dijahit, dan dirangkai satu-satu sehingga menjadi sebuah head piece.
Ratusan rak berjajar di ruangan kami, setiap orang sibuk mengerjakan tugasnya masing-masing. Setiap stel kostum harus diberikan nama, semua aksesoris harus dimasukan ke plastik dan diberi nama, pokoknya semua harus rapi dan jangan sampai ada yang kurang. Setiap rak harus diberi nama, dibawa ke ruangan fitting, kemudian diperbaiki lagi yang masih kurang. Semua harus dipastikan rapi, harus pas dengan badan penari, harus hati-hati, tidak boleh ada yang sobek ataupun kurang. Semua harus dikerjakan dengan cepat dan cekatan plus instruksi berbahasa inggris yang terkadang membuat kami bingung.
Tapi terima kasih untuk keseruan selama menjadi volunteer. Semua volunteer dari yang tadinya gak kenal jadi kenal, dari yang awalnya gak ngerti sama sekali tentang gimana cara bikin kostum buat event segede ini jadi ngerti dan terbiasa, dari yang biasanya loading kalo dikasih instruksi jadi gercep dan langsung ngerti. Semangat memang naik turun, kesibukan kami juga beda-beda, tapi pas menjelang hari-H semuanya kompak. Semuanya sama-sama capek, kena omel, pegel, tapi kebayar lunas pas liat Opening Ceremony Asian Games 2018 kemarin.
Kemarin, adalah hari dimana usaha kita selama berbulan-bulan ini akan ditunjukan kepada seluruh dunia. Haru dan bangga malam itu. Terharu melihat hasil keringat kita semua disambut dengan meriah, dan bangga karena aku menjadi bagian dari acara keren ini. Dengan berkolaborasi, Indonesia bisa membuat acara yang menjadi trending topik di dunia. Acara yang memperlihatkan keindahan dan kekayaan Indonesia, acara yang memberikan pelajaran mengenai persatuan bangsa, dan acara yang menunjukan bahwa karya anak bangsa bisa dipuji banyak orang di dunia.
Bayaran termahal bagi seorang volunteer adalah keberhasilan dari apa yang dia kerjakan. Ketika ada apresiasi positif kepada karya kami, that means a lot for us! Menjadi volunteer adalah soal keikhlasan membantu dan berkontribusi, bukan tentang meraih keuntungan yang banyak secara materi. Kenapa negara lain memuji Opening Ceremony ini sedangkan di Indonesia sendiri masih ada yang tidak mengapresiasinya? Kenapa harus mencari celah salah dan mengkritisi acara ini hanya karena beda pandangan politik?. Tidak bisa kah kita menikmati acara ini sebagai Indonesia? Sebagai bangsa yang bersatu dan menjunjung Bhineka Tunggal Ika?
Terima kasih untuk semua apresiasi positifnya, pun untuk yang tidak mengapresiasi sama sekali. Bagaimanapun, kami tetap bangga bisa berkontribusi disini, untuk negeri ini.
Ada 3 moment haru lagi menjelang pulang kemarin. Yang pertama adalah melihat hampir semua penari menangis dan saling berpelukan. Terbayar sudah ya perjuangan kalian latihan selama 5 bulan terakhir. Yang kedua, ketika kita semua berkumpul di stage dan para dancer melihat penampilan mereka di giant screen sambil histeris dan berkaca-kaca. Pertama kalinya mereka melihat penampilan mereka sendiri and hey, we proud of you guys! Dan yang terkahir adalah ketika semua desainer "bule" kita mengucapkan terima kasih kepada kami yang telah membantu mereka dan mencium kami satu-satu. Emma, salah satu desainer juga memberikan buket bunga handmade dan topi sebagai ucapan terima kasih. TERHARUUUUUUUU!!!!!!!!
![]() |
All Ceremony Departement Volunteers |
"Ah yang bagus kembang apinya doang."
"Oh gitu doang? Gak rugi ya yang beli tiket 5 juta?"
"Halah itu pake stuntman doang juga dipuji-puji bagus."
Komentar-komentar itulah yang membuatku ingin menuliskan sebuah cerita dari balik panggung Opening Ceremony Asian Games 2018. Ini adalah cerita dari seseorang yang hanya volunteer, hanya orang biasa yang ingin berkontribusi nyata pada bangsa, dari ribuan orang hebat yang ada disini.
Tergabung di Ceremony Departement Asian Games 2018, aku menjadi volunteer di Costume/Wardrobe bagi para dancer yang berlaga malam kemarin. Ribuan dancer itu terbagi ke dalam beberapa kelompok yaitu "Earth" yang memakai baju adat tradisional dari berbagai daerah di Indonesia, "Energy" yang terdiri dari fire dancer dan kostum putih saat closing, juga kurang lebih 1500 penari Ratoeh Jaroe. Kerjaannya di bagian ini apa ya? Fitting doang?
![]() |
Team PETRA!!!! |
Ratusan rak berjajar di ruangan kami, setiap orang sibuk mengerjakan tugasnya masing-masing. Setiap stel kostum harus diberikan nama, semua aksesoris harus dimasukan ke plastik dan diberi nama, pokoknya semua harus rapi dan jangan sampai ada yang kurang. Setiap rak harus diberi nama, dibawa ke ruangan fitting, kemudian diperbaiki lagi yang masih kurang. Semua harus dipastikan rapi, harus pas dengan badan penari, harus hati-hati, tidak boleh ada yang sobek ataupun kurang. Semua harus dikerjakan dengan cepat dan cekatan plus instruksi berbahasa inggris yang terkadang membuat kami bingung.
![]() |
Hinyai beb! |
Bayaran termahal bagi seorang volunteer adalah keberhasilan dari apa yang dia kerjakan. Ketika ada apresiasi positif kepada karya kami, that means a lot for us! Menjadi volunteer adalah soal keikhlasan membantu dan berkontribusi, bukan tentang meraih keuntungan yang banyak secara materi. Kenapa negara lain memuji Opening Ceremony ini sedangkan di Indonesia sendiri masih ada yang tidak mengapresiasinya? Kenapa harus mencari celah salah dan mengkritisi acara ini hanya karena beda pandangan politik?. Tidak bisa kah kita menikmati acara ini sebagai Indonesia? Sebagai bangsa yang bersatu dan menjunjung Bhineka Tunggal Ika?
Terima kasih untuk semua apresiasi positifnya, pun untuk yang tidak mengapresiasi sama sekali. Bagaimanapun, kami tetap bangga bisa berkontribusi disini, untuk negeri ini.
Ada 3 moment haru lagi menjelang pulang kemarin. Yang pertama adalah melihat hampir semua penari menangis dan saling berpelukan. Terbayar sudah ya perjuangan kalian latihan selama 5 bulan terakhir. Yang kedua, ketika kita semua berkumpul di stage dan para dancer melihat penampilan mereka di giant screen sambil histeris dan berkaca-kaca. Pertama kalinya mereka melihat penampilan mereka sendiri and hey, we proud of you guys! Dan yang terkahir adalah ketika semua desainer "bule" kita mengucapkan terima kasih kepada kami yang telah membantu mereka dan mencium kami satu-satu. Emma, salah satu desainer juga memberikan buket bunga handmade dan topi sebagai ucapan terima kasih. TERHARUUUUUUUU!!!!!!!!
![]() |
Wardrobe Team |
![]() |
Gift from Emma and Denis |
• by Oktavia Wijaya
Cerita Nek Bundhiyah tentang Kapal Nuh dan Tsunami Aceh
Aceh, Indonesia
Ketika datang ke Aceh, hal pertama yang ingin aku tahu adalah tentang Tsunami 14 tahun silam. Kita tidak pernah lupa mengenai bencana maha dasyat yang meluluhlantahkan daerah paling barat Indonesia ini. Bencana ini bukan hanya menyedot perhatian skala Nasional, relawan dari seluruh dunia berdatangan dan berbagai negara juga turut memberikan bantuannya. Tanggal 24 Desember 2004, kenangan pilu bagi Indonesia.
Perjalanan sore itu membawaku ke sebuah desa dekat pantai, Lampulo. Katanya, disana ada kapal yang tersangkut di atap rumah ketika tsunami. Benar saja, sebuah kapal kayu besar terlihat tersangkut di atap rumah yang sudah rusak sebagian. Di depannya, terdapat sebuah monumen peresmian dan juga akses untuk melihat kapal ini dari atas. Kapalnya tidak bisa dinaiki, hanya bisa dilihat dari atas. Kapal terlihat masih utuh, meskipun ada bolong di beberapa tempat. Setelah melihat kapal itu, aku duduk di sekitar sana sambil melihat banyak anak-anak yang sedang bermain.
Ada seorang nenek yang sedang mengasuh cucunya. Aku tersenyum, begitupun dia. Kemudian, aku diarahkan untuk mengisi buku tamu di sebuah meja yang dijaga oleh ibu-ibu. Sambil menulis, aku ditawari banyak buku tentang cerita tsunami tahun 2004, termasuk salah satu buku yang dibuat oleh seorang nenek yang selamat di kapal itu. Ternyata, nenek yang bercerita di buku itu adalah nenek yang tadi aku temui. Kami saling menghampiri, lalu bercerita banyak.
Nenek Bundhiyah, satu dari 59 orang yang selamat berkat kapal yang sering disebut Kapal Nuh ini. Saat itu, beliau sedang berjualan di pantai Lampulo, Aceh. Saat gelombang tinggi sudah mulai terlihat, semua orang kalang kabut menyelamatkan diri. Tapi nenek Bundhiyah pasrah, beliau tidak sanggup berlari. Beliau hanya bisa pasrah bahwa ini adalah akhir dari hidupnya, ini adalah kiamat pikirnya. Saat sedang memasrahkan diri, tiba-tiba ada suara yang berbisik menyuruh beliau pulang. Tidak ada orang disana, tapi bisikan itu akhirnya membuat beliau segera berlari pulang.
Beliau lari ke Kampung Lampulo dengan kondisi yang sudah seperti orang gila katanya. Beliau berlari sambil berteriak-teriak mengingatkan warga bahwa ada air. Akhirnya, beliau berlari ke rumah tetangganya dan langsung naik ke lantai 2 yang sudah dipenuhi dengan warga. Saat itu, air sudah meninggi dan menghancurkan isi kampung. Tak lama kemudian, ada sebuah kapal kayu yang menabrak rumah tersebut tepat di pinggir ruangan tempat mereka berlindung. Mereka menyangka ini adalah kapal bantuan, maka dari itu tanpa pikir panjang mereka langsung memanjat ke atas kapal.
Sebanyak 30 orang yang naik ke kapal dari rumah itu bingung karena itu adalah kapal nelayan dan tidak ada orang disana. Ternyata, di ruangan nakhoda ada satu orang yang sedang tidur. Orang itu tidak sadar bahwa baru saja terjadi tsunami yang menghempas kampung ini. Beliau bangun dengan keadaan terkejut. 20 orang yang berada di belakang rumah tersebut juga ikut naik ke atas kapal kemudian disusul oleh 8 orang lagi yang naik setelah air mulai surut. Kapal inilah yang menyelamatkan 59 orang dari bencana itu. Seperti kapal Nuh yang menyelamatkan Nabi Nuh dan pengikutnya dari bencana banjir dahsyat yang diturunkan Allah.
"Nenek udah pasrah, tapi Allah itu baik. Nenek ada yang bisikin pedahal gak ada siapa-siapa. Nenek yang udah pasrah karena gak punya tenaga buat lari, alhamdulillah diberi kekuatan untuk lari. Alhamdulillah nenek naiknya ke rumah Ibu Albasyiah bukan ke rumah yang lain."
"Pas udah surut nenek nangis liat banyak mayat bergelimpangan. Masih inget nenek airnya tinggi banget se-pohon. Nenek sadar, kalo Allah bisa mengambil apa saja dalam sekejap. Itu nyata."
Nenek bercerita dan aku membayangkan apa yang dia ceritakan. Bagaimana mencekamnya hari itu, bagaimana beruntungnya orang-orang yang selamat dari kejadian itu, dan bagaimana luar biasanya kuasa Allah.Ratusan ribu orang kehilangan sanak saudaranya, ada yang sejak saat itu hidup sebatang kara. Aku sadar, bahwa di dunia ini tidak ada yang benar-benar dimiliki oleh manusia. Semua milik Sang Pencipta. Gak bisa ditahan lagi, mata akhirnya berkaca-kaca.
Betapa hebatnya kuasa Allah. Mulai dari bisikan yang menyelamatkan Nenek Bundhiyah, kapal nelayan yang tersangkut di atap yang membuat 59 orang selamat, nelayan yang tidak terbangun ketika tsunami, mushola kecil di pinggir pantai yang tidak rusak, dan Masjid Baiturrahman yang berdiri kokoh pedahal disekelilingnya rata dengan tanah. Masyaallah.
Tapi selalu ada hikmah dari setiap kejadian. Kata beliau, sebelum terjadi tsunami orang-orang takut untuk datang ke Aceh karena konflik antara GAM dengan RI. Dulu di Aceh cukup mencekam, ada banyak korban jiwa dari konflik tersebut. Setelah tsunami, tepatnya 15 Agustus 2005 konflik tersebut sudah tidak ada lagi karena disepakatinya perjanjian antara GAM dengan RI di Finlandia. Perjanjian damai ini dicetuskan oleh Wakil Presiden saat itu Bapak Jusuf Kalla. Sekarang, Aceh semakin kondusif dan tidak ada lagi gesekan antara golongan.
Dari perjalananku di Aceh, dari semua cerita orang yang aku temui tentang tsunami Aceh ini, aku belajar banyak sekali. Tentang manusia yang menerima takdir dengan sangat ikhlas, tentang kehilangan yang bukan lagi sebuah pilihan, tentang maut yang entah kapan datangnya, dan tentang tidak berdayanya manusia dibanding dengan Tuhannya. Tentang hidup yang memang fana.
![]() |
Tsunami 2004 |
![]() |
Monumen |
Nenek Bundhiyah, satu dari 59 orang yang selamat berkat kapal yang sering disebut Kapal Nuh ini. Saat itu, beliau sedang berjualan di pantai Lampulo, Aceh. Saat gelombang tinggi sudah mulai terlihat, semua orang kalang kabut menyelamatkan diri. Tapi nenek Bundhiyah pasrah, beliau tidak sanggup berlari. Beliau hanya bisa pasrah bahwa ini adalah akhir dari hidupnya, ini adalah kiamat pikirnya. Saat sedang memasrahkan diri, tiba-tiba ada suara yang berbisik menyuruh beliau pulang. Tidak ada orang disana, tapi bisikan itu akhirnya membuat beliau segera berlari pulang.
Beliau lari ke Kampung Lampulo dengan kondisi yang sudah seperti orang gila katanya. Beliau berlari sambil berteriak-teriak mengingatkan warga bahwa ada air. Akhirnya, beliau berlari ke rumah tetangganya dan langsung naik ke lantai 2 yang sudah dipenuhi dengan warga. Saat itu, air sudah meninggi dan menghancurkan isi kampung. Tak lama kemudian, ada sebuah kapal kayu yang menabrak rumah tersebut tepat di pinggir ruangan tempat mereka berlindung. Mereka menyangka ini adalah kapal bantuan, maka dari itu tanpa pikir panjang mereka langsung memanjat ke atas kapal.
Sebanyak 30 orang yang naik ke kapal dari rumah itu bingung karena itu adalah kapal nelayan dan tidak ada orang disana. Ternyata, di ruangan nakhoda ada satu orang yang sedang tidur. Orang itu tidak sadar bahwa baru saja terjadi tsunami yang menghempas kampung ini. Beliau bangun dengan keadaan terkejut. 20 orang yang berada di belakang rumah tersebut juga ikut naik ke atas kapal kemudian disusul oleh 8 orang lagi yang naik setelah air mulai surut. Kapal inilah yang menyelamatkan 59 orang dari bencana itu. Seperti kapal Nuh yang menyelamatkan Nabi Nuh dan pengikutnya dari bencana banjir dahsyat yang diturunkan Allah.
![]() |
Information Board |
"Pas udah surut nenek nangis liat banyak mayat bergelimpangan. Masih inget nenek airnya tinggi banget se-pohon. Nenek sadar, kalo Allah bisa mengambil apa saja dalam sekejap. Itu nyata."
Nenek bercerita dan aku membayangkan apa yang dia ceritakan. Bagaimana mencekamnya hari itu, bagaimana beruntungnya orang-orang yang selamat dari kejadian itu, dan bagaimana luar biasanya kuasa Allah.Ratusan ribu orang kehilangan sanak saudaranya, ada yang sejak saat itu hidup sebatang kara. Aku sadar, bahwa di dunia ini tidak ada yang benar-benar dimiliki oleh manusia. Semua milik Sang Pencipta. Gak bisa ditahan lagi, mata akhirnya berkaca-kaca.
Betapa hebatnya kuasa Allah. Mulai dari bisikan yang menyelamatkan Nenek Bundhiyah, kapal nelayan yang tersangkut di atap yang membuat 59 orang selamat, nelayan yang tidak terbangun ketika tsunami, mushola kecil di pinggir pantai yang tidak rusak, dan Masjid Baiturrahman yang berdiri kokoh pedahal disekelilingnya rata dengan tanah. Masyaallah.
Tapi selalu ada hikmah dari setiap kejadian. Kata beliau, sebelum terjadi tsunami orang-orang takut untuk datang ke Aceh karena konflik antara GAM dengan RI. Dulu di Aceh cukup mencekam, ada banyak korban jiwa dari konflik tersebut. Setelah tsunami, tepatnya 15 Agustus 2005 konflik tersebut sudah tidak ada lagi karena disepakatinya perjanjian antara GAM dengan RI di Finlandia. Perjanjian damai ini dicetuskan oleh Wakil Presiden saat itu Bapak Jusuf Kalla. Sekarang, Aceh semakin kondusif dan tidak ada lagi gesekan antara golongan.
![]() |
Berfoto dengan Nek Bundhiyah |
• by Oktavia Wijaya
Bandung memang terkenal dengan wisata alam, budaya maupun wisata belanjanya. Dan pas weekend, Bandung pasti macet banget sama orang-orang yang mau menghabiskan akhir pekannya di Bandung apalagi di daerah Lembang. Wisata alam yang menyuguhkan pemandangan Bandung dari ketinggian ini tiap weekend pasti rame banget. Apalagi sekarang, banyak sekali wisata di daerah Lembang yang baru dibuat. Buat kalian yang males macet-macetan parah, Bandung masih menyediakan alternatif liburan yaitu di daerah Bandung Selatan. Ada apa aja sih di Bandung Selatan?
Kalo kamu mau berwisata ke Bandung Selatan, lokasinya lebih jauh dari pada ke Lembang tapi gak se-macet Lembang. Dari pusat Kota Bandung, sekarang kalian bisa langsung pake jalan Tol Soroja dari pintu tol Pasir Koja menuju Soreang. Jalan tol ini baru saja diresmikan pada tanggal 4 Desember 2017 dengan tujuan mengurai kemacetan di Kopo yang memang macetnya tiada dua. Rencananya, aku dan temen-temen mau camping di Ranca Upas sekalian mengunjungi beberapa tempat wisata lainnya. Tapi karena satu dua hal, kami gak bisa ngecamp dan jadinya berangkat dini hari. Pukul 2:00, kami berangkat dari Sukajadi menuju Ranca Upas.
Kampung Cai Ranca Upas
Dalam dua jam, kami sudah hampir sampai di Ranca Upas. Karena jalanan yang gelap, akhirnya kami memutuskan menggunakan maps untuk mengetahui pintu masuk Ranca Upas. Maps mengarahkan kami untuk belok ke tempat yang gelap. Sempet ragu-ragu karena emang gelap banget. Sampai akhirnya, setelah melewati jalan gelap kami menemukan gerbang masuk Ranca Upas. Harga tiket ,masuk disini Rp. 15.000/orang dan mobil Rp.10.000. Buat kalian yang mau ngecamp, bayar lagi Rp.10.000/malam. Wait, emang di Ranca Upas bisa ngapain aja sih?
![]() |
Ranca Upas |
Di Ranca Upas kalian bisa ngecamp tanpa harus treking jauh karena tempat campnya deket sama parkiran. Pas kemarin kesana, cuacanya lagi cerah dan yang ngecamp cukup banyak. Selain itu, beberapa warung berjajar tidak jauh dari tempat camp dan buka 24 jam. Selain itu, fasilitas mushalla dan toilet umum juga ada disana. Pas kita nyampe, kita langsung jalan ke salah satu warung buat makan indomie dan itu enak banget! Padahal rada aneh juga sih subuh-subuh makan indomie, tapi gimana lagi ya hehe.
Selesai makan indomie dan ngobrol-ngobrol bentar di warung, kita langsung menuju mushalla buat solat subuh. Pas buka sepatu dan nginjek ubin disana, gila dingin parah! Ditambah air yang gak kalah dingin sama es. Selesai shalat, kita balik ke mobil buat TIDUR!
Jam 7 pagi kita semua baru bangun. Aku sempet liat sunrise, tapi dari dalem mobil karna gak kuat dingin. Eh jadi aku pergi berlima. Aku, Audie, Cakti, Restu dan Galih. Nah disaat kita pada tidur itu, Audie jalan-jalan sekalian liat sunrise. Jadi pas kita bangun dan mau jalan-jalan, Audie baru masuk mobil dan malah tidur. Akhirnya kita jalan-jalan cuma berempat, dan tujuan kita adalah main-main sama rusa.
Jadi disana ada penangkaran rusa yang udah terkenal banget. Banyak yang foto prawedding disana, bahkan Raisa pun pernah bikin videoklip disana. Disana, kita bisa fotoin rusa dari atas doang atau mau turun buat nyamperin rusanya juga boleh. Buat ngasih makan rusa, kalian bisa beli wortel yang dijual di pintu masuk kesana dengan harga Rp. 10.000/ikat dan sepatu boots dengan harga Rp.20.000/sepatu yang biasanya dipake kalo tanah di bawah becek. Tapi berhubung tanahnya gak becek-becek amat, akhirnya kita gak sewa boots.
Kita turun buat foto-foto dan main sama rusa. Tiba-tiba ada satu rusa yang nyamperin sampe Galih panik. Dia lari mau naik, tapi ada rusa yang ngehalangin jalan naiknya. Alhasil kita cuma bisa ngetawain Galih karena terjebak disana.
Situ Patenggang
Puas main-main sama rusa, akhirnya kita memutuskan buat ke Situ Patenggang yang gak jauh dari Ranca Upas. Buat kesana, kita ngelewatin perkebunan teh Ranca Bali yang ternyata merupakan teh yang digunakan untuk produk Teh Walini. Pemandangannya bagus banget. Sampai di Situ Patenggang, kami harus membayar tiket masuk Rp.20.000/orang dan Rp.5.000 untuk mobil.
Disana kalian bakalan disuguhin pemandangan danau yang indah banget. Tempatnya juga bersih. Sebelum jalan-jalan, kita ,makan jagung bakar sama gorengan dulu di dekat parkiran. Buat yang mau beli oleh-oleh, disini juga ada yang jual kaos-kaos tulisan Situ Patenggang. Disini enak banget buat piknik, gelar tikar sambil makan. Pohon-pohonnya masih rindang, ada beberapa gazebo disana dan disana juga bisa dipake buat mancing. Suasananya yang menenangkan bikin kita ngantuk. Btw, selain bisa piknik disini, pengunjung juga bisa sewa bebek goes dengan harga Rp.30.000/jam atau naik perahu yang perorangnya bisa Rp.25.000. Kapal biasanya dipake buat pengunjung yang pengen nyebrang danau buat makan. Jadi di sebrang danau ada restoran unik yang bentuknya kapal, cukup hits dan asik banget buat foto-foto sih.
![]() |
Bisa Main Perahu di Sekitar Danau |
![]() |
Santai |
![]() |
Bisa Mancing |
Karena kami udah capek, akhirnya kami cuma main ke dua tempat itu. Padahal, wisata Bandung Selatan masih banyak. Kalo kalian mau, kalian bisa mampir ke Kawah Putih yang masih berdekatan dengan Ranca Upas, atau kalian juga bisa berendam di pemandian air panas masih di sekitar situ. Bahkan kalau misalnya masih ingin explore, setelah dari Situ Patenggang kalian bisa terusin ke Pangalengan (Kebun teh dan produksi susu) dan tembus ke Garut Selatan (Ranca Buaya, Pameungpeuk, dll). Seru banget sih itu, aku pernah coba. Tapi waktunya emang harus luang supaya jalan-jalannya santai.
Mungkin ini bisa jadi referensi buat kalian yang mau liburan ke Bandung dan bukan cuma mau wisata belanja aja. Dan mungkin buat kalian yang rindu alam dan kedamaian. Buat kalian yang ingin mengasingkan diri sejenak dari hiruk pikuk perkotaan.
Subscribe to:
Posts (Atom)
Social Icons