Sejak kecil aku tertarik dengan sepak bola. Setiap ada teman laki-laki bermain bola, aku ikut. Setiap ada pertandingan bola di sekolah, aku nonton. Sampai ketika ada pertandingan olah raga antar kelas ketika SMA, aku turut berada di tim futsal putri dan berhasil mencetak gol (bangga abis!). Menonton tim nasional Indonesia bertanding juga merupakan hal yang sayang untuk dilewatkan. Jadwal pertandingan selalu diingat-ingat, bahkan terkadang meminta mama untuk mengingatkan. Nongkrong di depan TV, teriak, ngomel-ngomel sendiri sampai beberapa kali ditegur mama karena tiba-tiba teriak. Dan nonton timnas langsung di stadion adalah salah satu wishlistku sejak SMP.
Pagi itu, ada whatsapp masuk dari temanku Isbram yang memberitahukan ada pertandingan timnas Indonesia melawan Iceland di GBK 14 Januari. Ah selain memberi tahu, dia juga menanyakan apakah aku tertarik untuk menonton? Tak pertu ditanya, sangat tertarik! Lalu dia mengirimkan rincian harga tiket masuk. Paling murah harganya Rp. 100.000, sampai Rp. 1.000.000. Aku menjawab, "Ayo, mau beli yang mana?". Rencananya membeli tiket tribun saja seharga Rp.100.000, tapi ternyata sudah habis. Dia bilang yang paling murah harganya Rp.300.000. Sabtu paginya, aku harus ke Bandung karena sudah ada janji dengan teman, sedangkan pertandingannya hari Minggu. Jika menonton timnas, aku harus kembali dari Bandung hari minggu pagi dengan tiket pulang minggu malam yang hangus. Akhirnya aku ragu untuk ikut. Beberapa lama kemudian, dia memberi tahu bahwa ada tiket dengan harga Rp. 175.000. Galau lagi dong :( Karena keinginan yang kuat dan kesempatan yang ada, dengan restu orang tua saya pun meng-iya-kan untuk menonton timnas di GBK. Bye tiket pulang minggu malam.
Rombongan kami berjumlah 6 orang, ada Bagus, Isbram, Pebri, Adam, dan Yana. Yang aku kenal cuma Isbram, yang lainnya teman Isbram di ITB. Kami berangkat dari Bandung ber-5, karena Bagus sudah duluan ke Jakarta. Kami sampai di Stasiun Pasar Senen Jakarta kurang lebih pukul 4 sore. Langsung memesan UBER dengan memakai kode promo yang disediakan oleh PSSI. Setelah menunggu beberapa menit ditemani gerimis, akhirnya kami di pick-updan langsung menuju GBK. Kurang lebih 20 menit, kami sudah sampai di GBK. Ternyata perkiraan macet itu meleset, jalanan ramai lancar dan di kawasan GBK pun tidak macet parah. Kita meminta untuk di drop di pinggir jalan dekat pintu masuk saja. Setelah membayar ongkos, kami pun masuk GBK dengan berjalan kaki.
Semakin dekat dengan stadion, semakin terlihat jelas ribuan orang memakai baju berwarna merah. Beberapa memakai baju timnas, beberapa lagi kaos polos. Sambil berjalan, kami melihat antrian pembelian dan penukaran tiket yang mengular. Untung saja penukaran tiket sudah dilakukan Bagus yang sudah sampai terlebih dahulu di GBK, jadi tiket kami aman. Selain itu, pedagang disana juga ramai, dari mulai jualan kaos, syal, sticker, sampai jualan jas hujan. Memang sore itu gerimis, tapi rintik kecilnya saja. Kami berencana untuk membeli jas hujan dan sticker. Baru saja kami berencana, hujan turun deras tiba-tiba. Belum sempat menyelamatkan diri untuk berteduh, kami sudah basah kuyup. Beberapa temanku membuka payung, sebagian lagi berteduh di bawah terpal. Kami menyelamatkan barang berharga kami ke dalam tasnya Adam yang memiliki rain cover. Sepatuh putihku sudah tak bisa diselamatkan. Akhirnya kita lanjut jalan untuk menemui Bagus di zona 9. Untungnya, 3 orang dari kami membawa payung meskipun tak membantu banyak karna tetap basah.
Menemukan Bagus di kerumunan orang bukan hal yang mudah. Hujan juga membuat kami sulit berkomunikasi dengan Bagus karena khawatir HP kami basah. Akhirnya Pebri menemukan Bagus yang sudah masuk stadion duluan, dan mengambil tiketnya. Setelah itu, kami antri masuk untuk melewati pemeriksaan keamanan tahap 1. Di pemeriksaan ini akan ada mesin pemindai untuk badan dan barang secara terpisah. Jalur yang tadinya 2 antrian, lalu menjadi 1 membuat antri di jalur ini harus agak desak-desakan. Setelah lolos di pemeriksaan keamanan tahap 1, akhirnya kami mendapat tempat teduh untuk berlindung dari hujan, dan langsung antri untuk pemindaian tiket. Disini kami bertemu lagi dengan 1 orang teman Isbram, jadi total kami bertujuh. Untuk ,masuk, barcode di tiket kami harus di scan. Itulah sebabnya tiket tidak boleh basah karena dikhawatirkan tidak bisa terbaca barcodenya. Lolos dari pemeriksaan tahap 2, kami lanjut mencari gate 33. Ternyata gatenya tidak jauh dari pintu masuk. Jam 6 sore kita sudah masuk tribun utara dan kami langsung dibuat terpukau disana.
Seperti yang sedang menjadi perbincangan hangat, Stadion Utama Gelora Bung Karno ini memang memukau. Renovasi besar-besaran menjelang Asean Games 2018 tidak main-main. Pencahayaan bagus, fasilitas baru, dan kami mendapatkan tempat duduk sesuai dengan yang tertera di tiket masuk. Bahkan, pelatih dan pemain dari Iceland juga memuji megahnya stadion ini. Tapi, aku lebih terpana melihat antusias suporter timnas disana. Yel-yel diserukan, lagu garuda di dadaku menggema di seluruh stadion, bahkan koreografi pun dibuat disana. Orang-orang rela hujan-hujanan dan berdesakan demi melihat tim kesayangannya bermain. Harapan untuk menang itu ada. Apalagi tendangan Ilham Udin yang berbuah gol di sekitar menit ke 30 membuat stadion riuh dengan sorak sorai suporter. Dan momen yang paling syahdu menurutku adalah ketika lagu kebangsaan Indonesia raya dikumandangkan. Merinding.
Pertandingan berakhir dengan skor 4-1 dan Iceland memenangkan pertandingan ini. Meskipun kalah, kami bangga terhadap perjuangan timnas. Ada satu hal lagi yang bikin aku kagum. Selesai pertandingan, seluruh tim Iceland berkumpul di tengah lapangan. Salah satu staff mereka menabuh drum dan melakukan sebuah perayaan dengan tepuk tangan berirama khusus. Hal tersebut disebut dengan Viking Clap. Tak disangka, seluruh suporter squat Garuda di stadion mengikutinya. sebagai bentuk penghormatan pada timnas Iceland. Merinding juga!
Pengalaman pertamaku menonton timnas Indonesia di stadion secara langsung ini sangat berkesan. Dulu tidak mendapat izin untuk datang langsung ke stadion karena citra suporter bola yang selalu bikin rusuh. Ternyata, pada kenyataannya tidak seburuk yang banyak diberitakan. Mungkin ada beberapa oknum yang tidak tertib, tapi tidak bisa di generalisasi. Seperti ketika berkumandangnya lagu kebangsaan Iceland ada salah satu orang yang bertepuk tangan dan berteriak sebelum lagu itu selesai. Seluruh mata suporter tertuju pada dia, dan suara "stttttt" terdengan pelan ditujukan kepadanya. Bahkan beberapa terlihat memelototinya. Belum lagi yang menginjak kursi stadion disorot kamera dan ditayangkan di giant screen yang membuahkan teriakan "huuuuu" dari suporter sampai dia sadar dia berada di screen dan menurunkan kakinya. Di amuk masa ini kalau bahasa lebaynya hehe. Ternyata, banyak sekali yang peduli pada hal seperti itu.
Perjalanan kemarin berakhir di Stasiun Gambir jam 11 malam dengan rombongan teman-temanku yang pulang ke Bandung. Aku ketagihan nonton timnas di stadion. Sekarang nonton pertandingan persahabatan, mungkin suatu saat nanti nonton partai final Indonesia vs negara lain supaya lebih greget nontonnya dan euforianya lebih terasa. Iya gak sih? :p
Post a Comment