Tepat sehari sebelum hari
kemerdekaan Indonesia ke 72, saya melihat postingan menarik dari seorang Maudy
Ayunda. Maudy memposting foto dirinya yang di grid dengan sebuah quotes. Di captionnya,
Maudy menulis mengenai arti kemerdekaan dan mengajak followersnya untuk bergabung bersama dia dan @kejarmimpi.id untuk
menggaungkan semangat kemerdekaan dengan memposting foto dan menceritakan arti
kemerdekaan dengan tujuan saling membangun dan berbagi hal positif satu sama
lain demi tercapainya mimpi besar kita dan mimpi besar bangsa Indonesia. Postingan
tersebut, membuat saya kembali mengingat
mimpi kecil saya. Mimpi sejak kecil, yang diusahakan dan menjadi kenyataan.
Mimpi saya dibangun dari sebuah
acara televisi. Kegemaran menonton program Jejak Petualang dan Orang Pinggiran
ketika saya berada di bangku sekolah dasar, menjadikan saya tertarik pada kedua
bidang tersebut yaitu travelling dan
sosial. Kekaguman saya terhadap negeri pertiwi ini juga dipupuk sejak saya
kecil, dengan tertarik menyanyikan lagu wajib nasional, mengikuti upacara
bendera dengan khidmat, mengikuti pramuka, menjadi paskibra, kegiatan-kegiatan
tersebut yang secara tidak sadar memupuk jiwa nasionalisme saya. Keliling
Indonesia menjadi salah satu mimpi saya, salah satu caranya adalah dengan
menjadi seorang pembawa acara petualangan.
Mimpi saya belum tercapai
meskipun saya sudah mengenyam bangku kuliah, tetapi semangat dari mimpi saya
terus ada. Saya terus menjadikan travelling
dan kegiatan sosial sebagai passion saya. Meski pun saya tahu, untuk bisa travelling keliling Indonesia
membutuhkan biaya yang tidak sedikit dan tidak ada dana khusus untuk saya travelling. Kebutuhan kuliah dan kebutuhan sehari-hari saya lebih
penting dibandingkan dengan travelling,
akhirnya saya harus mengalah untuk belum bisa melakukan travelling dengan uang saya sendiri.
Sampai pada tahun 2014, di tahun
kedua saya kuliah, saya mendapatkan jalan untuk mewujudkan mimpi saya. Saya mendapat
tawaran untuk menjadi host jalan-jalan dari salah satu tv swasta lokal. Setelah
casting dan dinyatakan menjadi host, ternyata program acaranya tidak
dilanjutkan dan mimpi saya belum bisa terwujudkan. Kesempatan lainnya datang, yaitu dengan mengikuti program Bakti Pemuda
Antar Provinsi yang merupakan sebuah program dari Kementrian Pemuda dan Olah
Raga. Tetapi, jalannya tidak mudah. Saya harus mengikuti seleksi tingkat
provinsi yang mengharuskan saya untuk bekerja keras dan bisa bersaing dengan
peserta seleksi lainnya yang secara umur lebih tua dari saya. Dinas Pemuda dan
Olah Raga Provinsi Jawa Barat menjelaskan bahwa untuk mengikuti Bakti Pemuda
Antar Provinsi, kami harus terlebih dahulu mengikuti Jambore Pemuda Indonesia. Seleksi
terdiri dari wawasan kebangsaan, seni dan budaya, juga olah raga dengan test
fisik. Dan akhirnya, saya terpilih menjadi salah satu dari 15 orang yang
menjadi perwakilan Jawa Barat dan ditempatkan di Bangka selama 30 hari. Saat hari
keberangkatan saya termenung, bahwa dua mimpi saya sejak kecil terwujud. Saya melakukan
kegiatan sosial disana, sekaligus travelling
disana. Disana saya mengenal Indonesia, saya tinggal dirumah penduduknya,
berinteraksi dengan warganya, saya belajar budayanya, dan saya jalan-jalan menikmati
alamnya.
“Jika kita mempunyai keinginan yang kuat dari dalam hati, maka seluruh
alam semesta akan bahu membahu mewujudkannya.” – Soekarno
Dari situ saya sadar, bahwa
terwujudnya sebuah mimpi merupakan sebuah rahasia Tuhan. Tugas saya sebagai
manusia hanya bisa berdo’a dan berusaha. Mimpi setiap orang berbeda-beda, tidak
ada mimpi yang kecil dan tidak ada mimpi yang besar. Tidak ada mimpi terbaik,
dan tidak ada mimpi yang buruk selama mimpi itu adalah sebuah kebaikan bagi
dirinya dan sesama.
Saya menyusun mimpi lain. Mimpi yang
dibuat masih dengan garis besar yang sama, hanya lebih spesifik. Saya ingin
mengunjungi Indonesia Timur. Melihat keindahan Indonesia Timur di foto dan
video yang begitu banyaknya di internet, membuat saya ingin melihatnya secara
langsung. Passion saya di bidang sosial tersalurkan dengan membuat komunitas
kecil dengan nama Senandung Senja yang berfokus pada hal-hal kecil dalam hidup
yang sering terlupakan. Diantaranya, membagikan sarung tangan bagi pahlawan
kebersihan. Tapi sayangnya, konsistensi kami belum baik sehingga hanya bertahan
sekitar 3 bulan.
Alhamdulillah, mimpi itu tercapai
lagi di tahun 2017. Saya terpilih untuk melakukan kegiatan Social Expedition ke Kota Tual, Maluku. Mimpi saya untuk
menginjakan kaki di Indonesia Timur Tercapai. Bahkan bukan cuma di Maluku, saya berlabuh di Makassar, Bau-bau, Bandai Naira, Alor, Kupang dan
menjelajah laut Indonesia. Dan lagi, tiga mimpi saya terkabul bersamaan. Travelling, melakukan kegiatan sosial,
dan menginjakan kaki di Indonesia Timur.
Saya sangat bersyukur menjadi
manusia yang senang bermimpi. Pepatah itu benar sekali, ada 2 kemungkinan yang
berhubungan dengan mimpi. Kamu melanjutkan tidur dan membiarkan itu tetap
menjadi sebuah mimpi, atau kamu bangun dan membuat mimpi itu menjadi sebuah
kenyataan. Beruntungnya, saya memiliki keberanian untuk bangun.
Sebagai generasi muda, mimpi bisa
dijadikan sebuah langkah awal dari realisasi. Bukan untuk berlomba, tapi saling
bahu-membahu untuk mewujudkan mimpi. Kegagalan hanya proses yang harus
dijadikan sebuah pelajaran, bukan hasil akhir yang harus disesali. Your dream doesn’t have an expired date,
take a deep breath and try again.
Berbicara mengenai mimpi, bukan
tentang perlombaan tercapainya mimpi tersebut. Tapi mimpi adalah harapan,
penyemangat. Dengan bermimpi, manusia memiliki tujuan. Dengan bermimpi, ada
komunikasi antara manusia dengan Tuhannya. Dengan bermimpi, manusia tidak
kehilangan harapan. Dan ingat, YOU NEVER TOO OLD TO SET ANOTHER GOAL OR TO
DREAM ANOTHER DREAM! (CSLEWIS)
Such a good blog. Keep it up okta!
ReplyDeleteThankyou, Kang Awfa!
Delete